Rabu, 06 September 2017

NATURALISTIC INQUIRY




“NATURALISTIC INQUIRY”
Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial

Description: D:\logo-universitas-sebelas-maret-surakarta.png


Dosen Pengampu :
Dr. Drs. Bagus Haryono, M.Si
Disusun Oleh :
Puput Adistya Pratiwi
D0315049

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
PENDAHULUAN

Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori lebih banyak dibandingkan kuantitatif karena harus disesuaikan dengan fenomena yang berkembang dilapangan. Peneliti kualitatif akan lebih profesional dalam penguasaan teori, sehingga wawasannya lebih luas dan mendalam, namun dalam melaksanakan penelitian, peneliti kualitatif harus mampu melepaskan teori yang dimiliki tersebut dan tidak digunakan sebagai panduan untuk wawancara dan observasi. Irving Horowich, Marshall Clinard, dan sejumlah ilmuwan lain mengingatkan bahwa demikian halnya maka pendekatan terhadap realitas sosial tidak pernah akan sampai ketujuannya. Dalam dua dekade akhir-akhir ini para peneliti tingkah laku manusia secara lambat laun mengembangkan suatu paradigma penelitian kualitatif. Salah satu daripadanya adalah yang disebut dengan    naturalistic inquiry (NI). Istilah NI sebenarnya bukanlah suatu ide baru, metodologi ini telah mempunyai sejarah yang panjang di dalam berbagai disiplin dan telah diberi nama yang berbeda-beda. Para antropolog telah mengembangkan metode etnografik dengan baik. Sama halnya dengan para sosiolog telah mengkombinasikan teknik-teknik survei dengan pendekatan-pendekatan naturalistik untuk mengambangkan pendekatan participant observation dalam fieldwork-nya.     










PEMBAHASAN
Naturalistic Inquiry
Semenjak sekitar 1930-an pemahaman tentang gejala-gejala sosial ditandai dengan penggunaan model penelitian ilmu pengetahuan alam. Secara paradoksal, mereka yang ingin mempelajari kompleksitas masyarakat dalam berbagai fasetnya, dan yang mencoba untuk menafsir, menjelaskan, meramalkan, dan memahami kelakuan manusia dalam berbagai hal (ekonomi, politik, sosial dan sebagainya) telah secara berlebihan menggunakan apa yang disebut “metode ilmiah”.
Sebagai suatu metodologi keilmuan, pendekatan yang demikian itu ditandai oleh kelengkapan dan penggunaan teknik-teknik penelitian yang canggih, pemanfaatan kemajuan statistika, pembentukan model-model logika dan matematika. Yang kesemuanya itu di kesan megah, dengan elaborasi skema-skema formal yang diimport dari model-model pendekatan ilmu pengetahuan alam.
Cara pemahaman realitas sosial seperti diatas bukannya tidak memperoleh reaksi. Irving Horowich, Marshall Clinard, dan sejumlah ilmuwan lain mengingatkan bahwa demikian halnya maka pendekatan terhadap realitas sosial tidak pernah akan sampai ketujuannya. Dalam dua dekade akhir-akhir ini para peneliti tingkah laku manusia secara lambat laun mengembangkan suatu paradigma penelitian kualitatif. Salah satu daripadanya adalah yang disebut dengan        naturalistic inquiry (NI). Istilah NI sebenarnya bukanlah suatu ide baru, metodologi ini telah mempunyai sejarah yang panjang di dalam berbagai disiplin dan telah diberi nama yang berbeda-beda. Para antropolog telah mengembangkan metode etnografik dengan baik. Sama halnya dengan para sosiolog telah mengkombinasikan teknik-teknik survei dengan pendekatan-pendekatan naturalistik untuk mengambangkan pendekatan participant observation dalam fieldwork-nya. Ahli cerita rakyat, psikolog, ahli linguistik, etnomusikolog, dan yang lain-lain lagi menggunakan dan memperbaiki pendekatan itu untuk memahami dan mengerti tentang gejala-gejala yang mereka pelajari dengan menggunakan istilah-istilah case study, interpretif inquiry dan phenomonlogi dalam memberikan label pendekatan mereka.
Dalam beberapa hal, NI berbeda dengan pendekatan-pendekatan penelitian lain, antara lain:


1.      Aksioma
Licoln dan Guba (1985) mencatat bahwa salah satu hal yang menonjol dari NI adalah paradigma yang mendasarinya. Mereka mengontraskan paradima naturalistik dengan paradigma positivistik. Pokok-pokok pikiran aksioma paradigma naturalistik adalah:
a.         Dalam kaitannya dengan hakekat realistis, paradima naturalistik menyatakan bahwa “realitas itu bersifat multiple constructed, dan holistik” daripada bersifat “single, tangible, dan fragmentable”.
b.        Berkaitan dengan hubungan antara peneliti dan yang diteliti, paradigma naturalistik menyatakan bahwa “peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif, dan tidak dapat dipisahkan” bukannya “bersifat independen, suatu dualisme”.
c.         Dalam hal kemungkinan untuk membuat generalisasi dari suatu hasil studi, paradigma naturalistik berpendapat bahwa “hanya hipotesis yang kerja yang terkait pada waktu dan konteks saja yang mungkin (pernyataan-pernyataan nomothetik)”.
d.        Tentang menetapkan hubungan kausal melalui penelitian, paradigma naturalistik menyatakan bahwa “seluruh entitas adalah dalam keadaan hubungan yang bersifata timbal balik, maka sulit untuk membedakan mana yang menjadi sebab dan mana yang menjadi akibat” daripada menyatakan bahwa “ada penyebab yang sesungguhnya yang menurut waktu terjadinya mendahului akibatnya”.
e.         Dalam hal nilai (values) di dalam penyelidikan, paradigma naturalistik menyatakan bahwa “penyelidikan itu terkait nilai” bukannya “bebas nilai”.

2.      Ciri-ciri NI
Ciri-ciri NI menurut Bogdan dan Biklen (Williams, 1988), ada sejumlah ciri-ciri yang mencolok dari NI, yaitu:
1.             Bingkai alami (natural setting) digunakansebagai sumber utama dari data. Peneliti berminat mempelajari gejala sebagaimana yang terjadi secara alami, bukan atas dasar kondisi-kondisi labolatorium.
2.             Peneliti adalah instrument kunci dalam mengumpulkan dan menafsir data. Alat-alat lain seperti film, kuesioner, test dan sebagainya dapat digunakan untuk memperluas peneliti bila dibutuhkan. Tetapi semuanya itu tidak menggantikan peneliti sebagai orang yang membentuk realitas. Peneliti harus mendasarkan pada pengalaman didalam bingkai yang alami.
3.             Hampir seluruh studi-studi NI kaya akan deskripsi.
4.             Sekalipun studi-studi NI sering menitikberatkan pada hasil atau akibat dari variabel ganda “yang secara timbal balik dan simultan membentuk” satu sama lain, semua itu digunakan untuk mempelajari proses yang mana bentuk yang demikian itu terjadi.
5.             Seluruh analisis NI bersifat induktif, khususnya selama tahap awal dari studi. Pendekatan yang demikian ini memungkinkan berkembangnya isue-isue untuk diidentifikasi dan difokuskan, bukannya mendefinisikan isue-isue secara awal.
6.             “Makna” yang dimiliki dari orang-orang yang dipelajari yang mendasari mereka berbuat sesuatu adalah hal yang utama didalam I. Peneliti tidak hanya berminat mengetahui bagaimana orang-orang baerbicara atau bertindak satu sama lain, tetapi juga tentang apa makna pebuatan itu bagi orang yang bertindak dan orang yang ditindaki itu.
7.             NI biasanya melibatkan triangulasi secara luas tentang metode pengumpulan data dan sumber-sumber informasi yang digunakan.
8.             Otang-orang yang dipelajari sebagai bahan dari NI dipandang sebagaipartisipan, konsultan atau kolega yang bekerjasama dengan peneliti yang melakukan penelitian. Mereka diperlukan sebagai “subyek”.
9.             Emic (rekonstruksi sosial dari orang yang diteliti) atau folk perspectif dari partisipn diutamakan didalam NI.
10.         Didalam studi-studi NI, penemuan jarang diterima oleh peneliti atau pembaca laporan yang lengkap tanpa bukti atau penemuan yang berlawanan. Bila penemuan itu sudah tidak lagi bertentangan, maka hipotesis kerja ditarik dan diperkuat, tetapi tidak pernah dibuktikan secara final.
11.         Pengmbilan sampel secara purposive  biasanya digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber. Peneliti menjelaskan mengapa orang-orang tertentu diwawancarai, mengapa bingkai (setting) tertentu diobservasi. Sampling yang bersifat probabilistik atau yang bersifat statistik jarang digunakan, tetapi tidak harus tidak cocok dengan NI.
12.         Baik data kualitatif maupun kuantitatf dapat dimasukkan didalam NI.

3.      Proses Penelitian Naturalistik
Berbeda dengan bentuk penelitian kuantitatif, NI biasanya berproses secara melingkar (cyclical). NI (oleh Spaedly digunakan istilah yang berkaitan yaitu etnography) mulai dengan pemilihan suatu proyek penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan pertanyaan yang berhubungan dengan proyek, mengumpulkan data yang diamanatkan untuk menjawab pertanyaan, membuat catatan dari data yang telah dikumpulkan dan kemudian menganalisis data. Proses ini diulang-ulang beberapa kali tergantung luas sempitnya lingkup pertanyaan yang diketengahkan sampai sebuah laporan yang ditulis.

Merencana Suatu NI
Banyak unsur-unsur didalam rancangan penelitian yang sulit atau tidak mungkin dirumuskan di dalam NI karena NI memiliki rancangan yang berkembang bila penelitiannya berlangsung.
Menurut Lincoln dan Guba (1985), unsur-unsur yang dicari orang dalam penyusunan proposal adalah:
a.       Pernyataan masalah, mengapa hal tersebut bernilai untuk dipelajari, dan tujuan apa yang hendak dicapai melalui penelitian tersebut.
b.      Pernyataan tentang perspectif teoritis yang membimbing penelitian.
c.       Pernyataan tentang prosedur yang akan digunakan, yaitu tata cara pengambilan sampel, instrumentasi dan tata cara analisis data.
d.      Jadwal waktu untuk melakukan penelitian.
e.       Rancangan tentang siapa akan melakukan apa di dalam penelitian.
f.       Pemikiran anggaran
g.      Hasil akhir yang diharapkan.
Banyak unsur yang telah disebut diatas tidak dapat dispesifikasi secara tepat sebelumnya didalam NI.
a.       Sekalipun peneliti NI mulai dengan suatu fokus tertentu bisa sama sekali berubah selama penelitian berlangsung, serta tata cara lainnya juga berubah sesuai dengan fokusnya yang berubah.
b.      Teori berkembang dari NI, sehingga penelitian tidak dapat dilaksanakan secara statis oleh teori yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
c.       Sekalipun NI melibatkan pengambilan sampel, sampel yang pasti tidak dapat ditarik secara pasti terlebih dahulu karena setiap unsur yang dijadikan sampel tergantung pada ciri-ciri semua unsur yang mengikutinya.
d.      Instrumen yang digunakan didalam NI bukanlah definisi variabel-variabel (sehingga tersusun menjadi sebuah kuesioner) tetapi adalah orang si peneliti itu sendiri.
e.       Analisis data naturalistik bersifat terbuka dan induktif, sesuai dengan tipe-tipe data yeng berkembang selama penelitian berlangsung. Prosedur yang demikian itu tidak dapat dinyatakan secara tegas terlebih dahulu sebelum data itu sendiri menjadi nyata.
f.       Soal waktu tidak dapat diramalkan secara tepat di dalam NI karena tidak jelas sebelumnya kejadian apa, orang-orang dan sebagainya yang akan dimasukkan dan terjangkau didalam penelitian.
g.      Anggaran kurang dapat dispesifikasi didalam NI karena tugas-tugas konkrit yang mana anggarannya dapat dikaitkan tidak dapat dirumuskan terlebih dahulu.
h.      Hasil yang diharapkan pun sulit untuk dirumuskan khusus karena ketidakjelasan hal-hal seperti yang dibicarakan diatas.
Melaksanakan Rancangan NI
Banyak cara untuk melaksanakan rancangan NI. Licoln dan Guba (1985) dan Spradley dalam tulisan mereka mengetengahkan saran tentang bagaimana cara melaksanakan rancangan NI.
Menurut Spradley, seluruh pengamatan berpartisipasi terjadi dalam suatu situasi sosial. Maka salah satu langkah awal dalam melakukan NI ialah memilh (menyeleksi) situasi-situasi sosial yang cocok bagi memenuhi tujuan penelitian. Ada tiga unsur utama dalamsetiap situasi sosial:
1.      Tempat fisik (lokasi) dimana situasi soaial dari suatu kepentingan terjadi.
2.      Jenis-jenis aktor (pelaku) yang ada dalam situasi sosial.
3.      Aktivitas yang terjadi di dalam situasi sosial.
Bilamana memulai NI, disarankan untuk menyisihkan perhatian pada suatu situasi sosial yang tunggal. Namun demikian hampir seluruh situasi sosial erat berhubungan satu sama lain. Penelitian kemudian bisa memperluas ke situasi-situasi yang saling berhubungan dengan hal tersebut.
Dalam memilih situasi sosial dimana kita akan melakukan pengamatan berpartisipasi, kita perlu memperhatikan sejumlah kriteria agar berhasil dalam melaksanakan NI.
a.       Simplicity (kesederhanaan, penelitian tidak perlu mengenai hal yang rumit dan sulit)
b.      Accesibility (mampu menjangkau baik dari segi kesempatan, biaya dan tenaga)
c.       Unobrusiveness (tidak mencolok mata)
d.      Permissibleness (dapat memperoleh ijin)
e.       Frequently recurring activities (sering berkunjung ke lokasi)
f.       Ease of participation (mudah turut berpartisipasi didalam kegiayan masyarakat)

Meninjau Proposal dan Laporan NI
Telah banyak bakuan-bakuan yang disarankan oleh para pengarang NI dapat dipercaya hasilnya. Licoln dan Guba misalnya menyarankan empat tipe bakuan (ukuran) yang dapat digunakan agar NI dapat dijamin kepercayaannya. Mereka juga menyarankan berbagai teknik dalam melakukan penelitian agar dapat memenuhi bakuan-bakuan yang mereka ketengahkan, antara lain:
1.      Credibility (hasilnya dapat dipercaya)
ada tujuh teknik dalam mencapai kredibilitas, yaitu:
a.       Prolonged engagement (tinggal dilokasi dalam jangka watu yang cukup lama)
b.      Persistent observation (melakukan pengamatan secara terus menerus)
c.       Trinagulation.
Menurut Patton (1984) ada tiga macam trinagulasi:
1.      Data trinagulation (membandingkan sejumlah data untuk melihat mana yang benar)
2.      Investigator triangulation, (menggunakan sejumlah peneliti kemudian membandingkan satu sama lain)
3.      Methodological triangulation (menggunakan sejumlah metode untuk memperoleh kebenaran)
d.      Peer debriefing (melakukan diskusi dengan teman sejawat sesama ilmuwan)
e.       Negative case analysis (mencari tau apakah msih ada kasus yang bertentangan dengan penemuan yang disimpulkan)
f.       Referential adequacy checks (meminta tim ahli sebagai juri untuk melihat kebenaran yang diemukan oleh peneliti)
g.      Member cheks (saling mengkaji antara sesama anggota peneliti)
2.      Transferrability (hasil penelitian memiliki kemampuan diberlakukan di lain tempat dan lain waktu)
3.      Dependendability (hasilnya dapat dipercaya)
4.      Confirmability (mampu untuk meyakinkan bahwa penemuannya benar)

Membuat Fieldnotes
Keberhasilan NI tergantung sekali pada fieldnotes yang rinci, akurat dan luas. Fieldnotes yang demikian itu harus dibuat selama melakukan pengamatan, wawancara, mereview sumber-sumber data yang bukan manusia, dan seluruh data yang dikumpulkan selama peneltian berlangsung. Dua bahan dalam fieldnotes descriptif dan reflektif.
a.       Fieldnotes yang bersifat descriptif meliputi :
1.      Portraits of subjects (gambaran mengenai orang-orang yang diteliti)
2.      Reconstruction of dialogue (merekonstruksi ulng hasil percakapan)
3.      Descriptions of physical setting (menggambarkan bingkai fisik)
4.      Accounts of particular events in a setting (menceritakan kejadian-kejadin khusus didalam suatu bingkai tertentu)
5.      Depiction of activities in which participant are engaged (menggambarkan kegiatan dari para orang yang diteliti)
6.      Description of the inquirer’s behaviours and actions (menggambarkan perilaku dan perbuatan dari peneliti itu sendiri)
b.      Reflective fieldnotes
Catatan ini dibangun atas dasar descriptive fieldnotes yang mencerminkan pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Beberapa tipe reflective fieldnotes antara lain:
1.      Reflections of analysis.
2.      Reflections of method.
3.      Reflections on etichal dilemast and conflists.
4.      Reflections on the inquirer’s frame of mind.
5.      Points of clarifications.

Analisis data
Data yang muncul didalam penelitian kualitatif berwujud rangkaaian kata-kata, bukan rangkaian angka. Data tersebut mungkin dikumpulka melalui beraneka macam cara. Misalnya dari hasil wawancara, hasil observasi, dokumentasi yang kemudian diproses sebelum siap digunakan.

Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan erhatian pada pusat penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama kegiatan penelitian berlangsung di lapangan. Bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, antisipasi akan adanya reduksi data sudah nampak. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi berikutnya yaitu membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat pemilihan data dan menulis memo. Reduksi data ini berlanjut terus sesudah penelitian dilapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Penyajian Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian yang paling sering digunakan pada masa lalu adalah bentuk teks naratif. Dalam penelitian kita mendapatkan data yang amat banyak. Data tersebut sangat tidak praktis bila kita sajikan semuanya, teks tersebut kadang kala masih terpencar-pencar, tidak simultan, tersusun kurang baik, dan kadang juga berlebih lebihan. Peneliti tidak boleh mengambil kesimpulan yang gegabah, menyingkirkan hal-hal yang tidak perlu, mengadakan pembobotan dan menyeleksi.

Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik keismpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proporsisi. Peneliti yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulanitu dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis.
Penarikan kesimpulan adalah hanya sebagian dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasikan selama penelitian berlangsung, yaitu dengan cra merefleksi kembali apa yang telah kembali ditemukan serta bertukar pikiran dengan teman sejawat untuk memperoleh kebenaran.

Keterbatasan NI
Dalam hal penggunaannya NI dapat diibaratkan sebagai suatu alat tertentu. Alat tersebut hanya cocok digunakan bagi suatu keperluan tertentu, bukan dipaksakan bagi keperluan tertentu yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa:
1.      NI lebih cocok untuk memahami makna yang mendasari suatu tingkah laku dari partisipan. NI kurang dapat dijadikan pedoman untuk mengontrol tingkah laku.
2.      NI lebih cocok untuk mendeskripsikan bingkai (setting) dan interaksi yang kompleks, namun kurang tepat untuk meringkas variabel yang diteliti.
3.      NI lebih cocok untuk keperluan eksplorasi bagi mengidentifikasi tipe-tipe informasi baru. nI kurang tepat dipergunakan bagi penelitian yang tujuannya menjelaskan apa yang telah diketahui.
4.      NI lebih cocok untuk penelitian yang mendalam dan terperinci tentang suatu keadaan, ketimbang untuk penelitian yang luas.
5.      NI lebih tepat untuk tujuan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menarik hipotesis tetapi bukan untuk penelitin yang mendeskripsikan suatu gejala yang dimaksutkan untuk menguji hipotesis.
6.      NI cocok untuk mempelajari pandangan partisipan (orang yang diteliti) dan untuk mengetahui bagaimana definisi variabel dari para partisipan. NI tidak dimaksutkan untuk mengetengahkan pandangan dan definisi peneliti.
7.      NI dimaksutkan sebagai suatu deskripsi dan kesimpulan yang kontekstual, tetapi bukan ditujukan untuk generalisasi yang bebas konteks.
8.      NI memfokuskan proses interaksi dari orang-orang yang diteliti, bukan memfokuskan produk atau hasil.
                                                                                                                                                                                               
PENUTUP    
Salah satu dari penelitian kualitatif adalah yang disebut dengan            naturalistic inquiry (NI). Istilah NI sebenarnya bukanlah suatu ide baru, metodologi ini telah mempunyai sejarah yang panjang di dalam berbagai disiplin dan telah diberi nama yang berbeda-beda. Para antropolog telah mengembangkan metode etnografik dengan baik. Sama halnya dengan para sosiolog telah mengkombinasikan teknik-teknik survei dengan pendekatan-pendekatan naturalistik untuk mengambangkan pendekatan participant observation dalam fieldwork-nya. Ahli cerita rakyat, psikolog, ahli linguistik, etnomusikolog, dan yang lain-lain lagi menggunakan dan memperbaiki pendekatan itu untuk memahami dan mengerti tentang gejala-gejala yang mereka pelajari dengan menggunakan istilah-istilah case study, interpretif inquiry dan phenomonlogi dalam memberikan label pendekatan mereka.
Dalam beberapa hal, NI berbeda dengan pendekatan-pendekatan penelitian lain, antara lain:
·         Anggapan dasar (aksioma), tentang hakekat realitas, hubungan antara peneliti dan yang diteliti, kem4ngk5nan generalisasi, kemungkinan menetapkan hubungan kausal dan peranan nilai didalam penelitian.
·         Ciri-ciri NI
·         Proses penelitian naturalistik









Daftar Pustaka
·         Slamet, Yulius.2006. Metode Penelitian Sosial, Surakarta: LPP-UNS dan UNS-Press
·         Sabarguna, Boy. 2005. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI-Press
·         Margono.1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Citapustaka Media                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar