Rabu, 06 September 2017

FILSAFAT EKSISTENSIALISME



TUGAS PAPER
“FILSAFAT EKSISTENSIALISME”
Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Description: D:\logo-universitas-sebelas-maret-surakarta.png
                                                                                                                                                   
Dosen Pengampu :
Dr. Drs. Bagus Haryono, M.Si
Disusun Oleh :
Puput Adistya Pratiwi
D0315049

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

PENDAHULUAN

Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia. Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain. Begitu juga filsafat eksistensialisme lahir dari berbagai krisis atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia.
Dalam paper ini saya akan menjelaskan tentang filsafat eksistensialisme menurut Kierkegaard. Dalam pengembaraan pemikirannya ia berkembang menjadi filsuf, pemikir religius dan dikenal sebagai tokoh pertama yang terpenting dalam eksistensialisme sebagai simbol awal gerakan selanjutnya.




















PEMBAHASAN

A.    Pengertian Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata eks = keluar dan sistensi atau sisto yang berarti menempatkan. Secara umum berarti manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunnya. Karena manusia selalu terlihat disekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu manusia harus berbuat mnjadikan- merencanakan, yang berdasar pada pengalaman yang konkret.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.
Pendapat lain, menyatakan “eksistensialisme” merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Manusia juga dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi (berbuat), mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret.
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain. Begitu juga filsafat eksistensialisme lahir dari berbagai krisis atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia, yaitu:
a.       Materialisme
Menurut pandangan materialisme, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda, akan tetapi mereka mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya, pada dasarnya, pada instansi yang terakhir manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan kata lain materi; betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul ketimbang sapi tapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan sapi.
b.      Idealisme
Aliran ini memandang manusia hanya sebagai subyek, hanya sebagai kesadaran; menempatkan aspek berpikir dan kesadaran secara berlebihan sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain selain pikiran.
c.       Situasi dan Kondisi Dunia
Munculnya eksistensialisme didorong juga oleh situasi dan kondisi di dunia Eropa Barat yang secara umum dapat dikatakan bahwa pada waktu itu keadaan dunia tidak menentu. Tingkah laku manusia telah menimbulkan rasa muak atau mual. Penampilan manusia penuh rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil persetujuan bersama yang palsu yang disebut konvensi atau tradisi. Manusia berpura-pura, kebencian merajalela, nilai sedang mengalami krisis, bahkan manusianya sendiri sedang mengalami krisis. Sementara itu agama di sana dan di tempat lain dianggap tidak mampu memberikan makna pada kehidupan.
Dari sekian banyak filsuf eksistensialisme atau eksistensialis yang memiliki pendapat dan pemikiran berbeda dalam ke-eksistensialimeannya, dapat kita temukan ciri-ciri yang sama, yang menjadikan sistem itu dapat di cap sebagai eksistensialisme. Menurut Harun Hadiwijono (1990) ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1.    Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas manusia berada. Pusat perhatian ini adalah manusia. Oleh karena itu, filsafat ini bersifat humanitis.
2.    Bereksistensi harus diartikan bersifat dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif. Bereksistensi berarti berbuat, menjadi, merencanakan. Setiap manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaanya.
3.    Di dalam eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakikatnya manusia terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih lagi pada manusia sekitarnya.
4.    Eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang konkret, pengalama yang eksistensial. Hanya arti pengalaman ini berbeda-beda. Heidegger memberi tekanan kepada kematian, yang menyuramkan segala sesuatu, Marcel kepada pengalaman keagamaan dan Jaspers kepada pengalaman hidup yang bermacam-macam seperti kematian, penderitaan, perjuangan dan kesalahan.
Berikut saya akan menjelaskan tentang filsafat eksistensialisme menurut Kierkegaard.
a.      Biografi
Soren Aabye Kierkegaard (lahir di KopenhagenDenmark5 Mei 1813 – meninggal di KopenhagenDenmark11 November 1855 pada umur 42 tahun) adalah seorang filsuf dan teolog abad ke-19 yang berasal dari Denmark. Masa kecilnya ia habiskan di perusahaan ayahnya. Ia mulai belajar teologi di Universitas Kopenhagen, disini ia menentang pemikiran Hegel yang mendominasi di Universitas tersebut. Dalam kurun waktu ia apatis terhadap agama dan ia ingin hidup yang bebas dengan aturan agama.
Setelah mengalami krisis religius ia kembali menekuni ilmu pengetahuan dan menjadi pastor Lutheran. Pada tahun 1840 ia bertunangan dengan Regina Oslen. Namun ia tidak meneruskannya karena ia memutuskan untuk hidup tanpa menikah dan hidup demi gereja dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ia banyak belajar filsafat dan kesusastraan. Banyak membaca karya-karya filsuf Jerman khususnya Hegel.
Pada tahun 1841 ia mampublikasikan buku pertamanya Om Begrebet Ironi (The Concept Of Irony). Karya ini sangat orisinal dan memperlihatkan kecemerlang pemikiran Kierkegaard. Ia mengecam keras asumsi-asumsi pemikiran Hegel yang bersifat umum. Karya ini selanjutnya mrupakan bahan referensi dalam bahan kuliahnya. Dalam karya selanjutnya ia banyak mengkritik pemikiran-pemikitan Hegel.
Dalam pengembaraan pemikirannya ia berkembang menjadi filsuf, pemikir religius dan dikenal sebagai tokoh pertama yang terpenting dalam eksistensialisme sebagai simbol awal gerakan selanjutnya.
b.      Ide-ide pokok Kierkegaard
Dalam karya awalnya Begrebet Ironi (The Concept Of Irony) 1841, yang merupakan karya asli yang gemilang, Kierkegaard mengkritik asumsi-asumsi Hegelian yang yang bersifat umum. Ia berpendirian bahwa pemikiran yang abstrak akan menghilangkan kepribadian manusia. Karena cara itu hanya menekan pada pemikiran dan akal yang condong tidak mengindahkan orang yang memikirkannya.
Polemik Kierkegaard dengan Hegel diteruskan dalam karya-karya filosofis-estetis awal (pseudonisme), bahkan kadangkadang dalam buku misalnya, Enten-Eller (Either Or) 1843, Philosophiske Smuler (Philosopichal Fragments) 1844, dan Afsluttede Uvidenskabelig Efterskriff (Concluding Unscientific Postcript) 1846. Judul terakhir sesungguhnya merupakan suatu karya besar yang memuat ajaran Kierkegaard tentang ‘kebenaran subjektif’.
Ludwig Wittgenstein berpendapat bahwa Kierkegaard sejauh ini adalah pemikir yang paling mendalam dari abad ke-19". Ide-ide pokok Soren Aabye Kierkegaard adalah sebagai berikut:
1.      Tentang Manusia
Kierkegaard menekankan posisi penting dalam diri seseorang yang "bereksistensi" bersama dengan analisisnya tentang segi-segi kesadaran religius seperti iman, pilihan, keputus asaan, dan ketakutan. Pandangan ini berpengaruh luas sesudah tahun 1918, terutama di Jerman. Ia mempengaruhi sejumlah ahli teologi protestan dan filsuf-filsuf eksistensial termasuk Barh, Heidegger, Jaspers, Marcel, dan Buber.
Alur pemikiran Kierkegaard mengajukan persoalan pokok dalam hidup; apakah artinya menjadi seorang Kristiani? Dengan tidak memperlihatkan "wujud" secara umum, ia memperhatikan eksistensi orang sebagai pribadi. Ia mengharapkan agar kita perlu memahami agama Kristen yang otentik. Ia berpendapat bahwa musuh bagi agama Kristiani ada dua, yaitu filsafat Hegel yang berpengaruh pada saat itu. Baginya, pemikiran abstrak, baik dalam bentuk filsafat Descartes atau Hegel akan menghilangkan personalitas manusia dan membawa kita kepada kedangkalan makna kehidupan. Dan yang kedua adalah konvensi, khususnya adat kebiasaan jemaat gereja yang tidak berpikir secara mendalam, tidak menghayati agamanya, yang akhirnya ia memiliki agama yang kosong dan tak mengerti apa artinya menjadi seorang kristiani.
Kierkegaard bertolak belakang dengan Hegel karena menulis tentang “pemikiran murni”. Ia berkara “pikiran murni adalah lucu, karena merupakan pikiran tana pemikir”. Keberatan utama yang diajukannya adalah karena Hegel meremehkan eksistensi yang kongkrit, karena ia (Hegel) mengutamakan idea yang sifatnya umum. Menurut Kierkegaard manusia tidak pernah hidup sebagai sesuatu "aku umum", tetapi sebagai "aku individual" yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu yang lain. Kierkegaard sangat tidak suka pada usaha-usaha untuk menjadikan agama Kristen sebagai agama yang masuk akal (reasonable) dan tidak menyukai pembelaan terhadap agama Kristiani yang menggunakan alasan-alasan obyektif. 
Penekanan Kierkegaard terhadap dunia Kristiani, khususnya gereja-gerejanya, pendeta-pendetanya, dan ritus-ritus (ibadat-ibadat)nya sangat mistis. Ia tidak menerima faktor perantara seperti pendeta, sakramen, gereja yang menjadi penengah antara seorang yang percaya dan Tuhan Yang Maha Kuasa.
2.      Pandangan tentang Eksistensi
Kierkegaard mengawali pemikirannya bidang eksistensi dengan mengajukan pernyataan ini; bagi manusia, yang terpenting dan utama adalah keadaan dirinya atau eksistensi dirinya. Pernyataan ini kemudian dikembangkan bahwa eksistensi manusia bukanlah statis tetapi senantiasa menjadi, artinya manusia itu selalu bergerak dari kemungkinan kenyataan. Proses ini berubah, bila kini sebagai sesuatu yang mungkin, maka besok akan berubah menjadi kenyataan. Karena manusia itu memiliki kebebasan, maka gerak perkembangan ini semuanya berdasarkan pada manusia itu sendiri. Eksistensi manusia justru terjadi dalam kebebasannya. Kebebasan itu muncul dalam aneka perbuatan manusia. Baginya bereksistensi berarti berani mengambil keputusan yang menentukan bagi hidupnya. Konsekuensinya, jika kita tidak berani mengambil keputusan dan tidak berani berbuat, maka kita tidak bereksistensi dalam arti sebenarnya.
Kierkegaard membedakan tiga bentuk eksistensi, yaitu estetis, etis, dan religius.
a.    Eksistensi estetis menyangkut kesenian, keindahan. Manusia hidup dalam lingkungan dan masyarakat, karena itu fasilitas yang dimiliki dunia dapat dinikmati manusia sepuasnya. Di sini eksistensi estetis hanya bergelut terhadap hal-hal yang dapat mendatangkan kenikmatan pengalaman emosi dan nafsu. Eksistensi ini tidak mengenal ukuran norma, tidak adanya keyakinan akan iman yang menentukan.
b.    Eksistensi etis, setelah manusia menikmati fasilitas dunia, maka ia juga memperhatikan dunia batinnya. Untuk keseimbangan hidup, manusia tidak hanya condong pada hal-hal yang konkrit saja tapi harus memperhatikan situasi batinnya yang sesuai dengan norma-norma umum. Sebagai contoh untuk menyalurkan dorongan seksual (estetis) dilakukan melalui jalur perkawinan (etis).
c.    Eksistensi religius. Bentuk ini tidak lagi membicarakan hal-hal konkrit, tetapi sudah menembus inti yang paling dalam dari manusia. Ia bergerak kepada yang absolut, yaitu Tuhan. Semua yang menyangkut Tuhan tidak masuk akal manusia. Perpindahan pemikiran logis manusia ke bentuk religius hanya dapat dijembatani lewat iman religius.
3.      Teodise
Menurut Kierkegaard, antara Tuhan dengan alam, antara pencipta dan makhluk terdapat jurang yang tidak terjembatani. Ia menjelaskan bahwa Tuhan itu berdiri di atas segala ukuran sosial dan etika. Sedangkan manusia jauh berada di bawah-Nya. Keadaan seperti ini menyebabkan manusia cemas akan eksistensinya. Tetapi dalam kecemasan ini, seseorang itu dapat menghayati makna hidupnya. Jika seseorang itu berada dalam kecemasan, maka akan membawa dirinya pada suatu keyakinan tertentu. Perilaku ini memperlihatkan suatu loncatan yang dahsyat di mana manusia memeluk hal yang tidak lagi masuk akal.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa agama Kristen itu mengambil langkah yang dahsyat, langkah menuju yang tidak masuk akal. Di sana agama Kristen mulai. Alangkah bodohnya orang yang ingin mempertahankan agama Kristiani. Tetapi menurut Kierkegaard iman adalah segala-galanya. Bila seseorang itu memihak agama Kristen atau memusuhinya atau memihak kebenaran atau memusuhinya. Agama Kristen itu bisa benar secara mutlak tetapi bisa juga salah secara mutlak. Selanjtnya filsuf ini mengatakan bahwa apa yang diperlukan oleh zaman kita bukan pemikiran tetapi passi. Pengetahuan tentang fakta tidak dapat mengatasi cacatnya dorongan atau kemauan.

Kierkegaard pada dasanya adalah seorang penulis polemik, karena semua hasil karya sastranya baik langsiung atau tidak berhubungan dengan kesustraan dengan argumen apa yang ia anggap sebagai salah satu kelemahan agama Kristen. Dalam beberapa polemik kadang-kadang seseorang menggunakan generalisasi yang luas untuk mengatasi posisi lawan, dan pada saat yang lain seseorang juga begitu peduli pada penekanan poin-poin tertentu sehingga ia mengurangi dan bahkan sama sekali menghilangkan aspek lain dari persoalan itu. Kierkegaard juga sangat terbuka dengan kritikan dan ia sangat mempertahankan perlunya meniru sosok Kristus, sungguh ingin menghidupkan agama Kristen. Moel pemikiran dantulisan Kierkegaard yang polemis, ada serangkaian amiguitas dan ketidakjelasan yang membuatnya sulit bagi seorang pengikut St. Thomas Aquinas untuk mengetahui apakah sikap Kierkegaard terhadap beberapa hal, seperti hubungan antara gereja dan individu, tentang kemungkinan untuk membuktikan keberadaan Tuhan dengan argumen-argumen rasional dan tentang hubungan antara kebaikan Kristud dengan skaramen-saramen.
Kemudian pemikiran-pemikiran tentang absurditas yang dipakai kierkegaard dalam hubungannya dengan iman adalah sesuatu yang patut disayangkan. Kata absurd  biasanya mempunyai arti “berlawanan dengan pikiran”, “jelas-jelas tidak konsisiten dalam kebenaran yang tampak”, atau “berlawanan”. Ajaran umum para teolog Katolit selalu mengatakan bahwa kebenaran iman tidak berlawanan dengan akal tetapi diatasnya, tidak bertentangan dengan akal tetapi melampauinya.
Tapi bila seorang mememahami polemik tersebut, ia bisa menghagai mengapa Kierkegaard tergoda untuk menggunakan pemikiran tentang absurditas dalam perselisihannya dengan Hegel. Hegel megngajarkan bahwa akal mampu memahami iman, bahwa akal juga dapat memahami ajaran-ajaran agama Kristen. Sekarang yang bertentangan dengan akal adalah absurd. Oleh karena itu untuk menunjukkan bahwa akal tidak mungkin dapat memahami iman Kristen, Kierkegaard mempertegas bahwa iman adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat ditangkap akal yang disebut “tidak masuk akal” atau absurd.
Disisi lain walaupun ada pembatasan yang inheren dengan Kierkegaard, para pengikut St. Thomas Aquinas berterimakasih kepadanya karena  :
Pertama, ia dapat merubah pikiran kita untuk menjadi seorang Kristen tanpa harus mengetaui suatu doktrin tapi juga untuk menghidupkan kembali doktrin itu:
Diawal agama Kristen, ketika ia diperkenalkan ke dunia, ada doktrin tertentu yang lebih dari yang lain yang memberi kesempatan untuk berselisih. Dalam umat Kristen, ajaran itu benar-benar diterima dengan cara demikian sehingga melawan ajaran itu mudah melahirkan suatu gerakan sekitaran. Salah satu yang harus diperjuangkan dalam umat Kristen adalah memberikan kepada ajaran agama suatu kekuatan moral atas kehidupan seseorang sebagaimana yang dituntun oleh agama Kristen itu sendiri.
Kedua, Kierkegaard dapat membantu kita menyadari bahwa untuk menghidupkan ajaran ini, kita harus punya keptusan, niat, tujuan dan antusiasme:
Etika dan ilmu etika, yang merupakan pelabuhan hakiki bagi semua individu yang eksis, memiliki sebuah klaim yang sangat kuat bahwa apapun yang bisa diraih seseorang manusia didunia, baik itu prestasi-prestasi yang menakjubkan sekalipun tidaklah diragukan arti pentingnya kendatiun orang itu ketika membuat keputusannya sudah bersih secara etis dan menjelaskan pilihannya itu pada dirinya sendiri. Etika antusiasme sejati termasuk juga kemauan untuk menentukan batas-batas kekuasaan seseorang.
Ketiga, Kierkegaard membuat kita lebih sadar bahwa kita adalah individu yang eksis, bahwa kita adalah pribadi-pribadi dan diri yang sadar bukan sekedar bagian dari kerumunan, angka-angka dalam suatu kelompok atau benda-benda dalam suatu kumpulan:
Dunia mungkin selalu mati dari apa yang disebut orang-orang hakiki, dari manusia yang memiliki subjektivitas menentukan, dari manusia yang secara artistik masuk kedalam refleksi, manusia yang memikirkan dirinya sendiri.
Keempat, Kierkegaard membantu kita menghargai bahwa kita dapat menjadi lebih bersungguh-sungguh dalam kehidupan etika kita, bahwa kita dapat menjadi lebih sempurna dalam peniruan kita atas Kristus dan selanjutnya kita menjadi individu yang lebih reflektif hanya dengan memperbaiki diri:


PENUTUP

Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Manusia juga dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi (berbuat), mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain. Begitu juga filsafat eksistensialisme lahir dari berbagai krisis atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia.
Ludwig Wittgenstein berpendapat bahwa Kierkegaard sejauh ini adalah pemikir yang paling mendalam dari abad ke-19". Ide-ide pokok Soren Aabye Kierkegaard adalah sebagai berikut:
1.      Tentang Manusia
2.      Pandangan tentang Eksistensi
3.      Teodise
Inti pemikiran dari tokoh ini adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.


Daftar pustaka

·         Save M dagun. 1990. Filsafat Eksistensialisme. Jakarta: Rineka Cipta
·         Vincent, Martin. 2001. Filsafat Eksistensialisme. Yogyakata: Pustaka Pelajar
·         Fuad, Hasan. 1973. Berkenalan Dengan Existensilisme. Djakarta: Pustaka Jaya
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar