TUGAS PAPER
“FILSAFAT EKSISTENSIALISME”
Tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu

Dosen
Pengampu :
Dr.
Drs. Bagus Haryono, M.Si
Disusun
Oleh :
Puput
Adistya Pratiwi
D0315049
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS
MARET
SURAKARTA
2016
PENDAHULUAN
Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada
eksistensinya. Artinya bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi
krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba
apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian filsafat adalah perjalanan dari satu
krisis ke krisis yang lain. Begitu juga filsafat eksistensialisme lahir dari
berbagai krisis atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang telah ada
sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia.
Dalam paper ini saya
akan menjelaskan tentang filsafat eksistensialisme menurut Kierkegaard. Dalam
pengembaraan pemikirannya ia berkembang menjadi filsuf, pemikir religius dan
dikenal sebagai tokoh pertama yang terpenting dalam eksistensialisme sebagai simbol
awal gerakan selanjutnya.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata
eks = keluar dan sistensi atau sisto yang berarti menempatkan. Secara
umum berarti manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala
sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunnya. Karena manusia selalu terlihat
disekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu
manusia harus berbuat mnjadikan- merencanakan, yang berdasar pada pengalaman
yang konkret.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala
dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia berada (bereksistensi)
dalam dunia.
Pendapat lain, menyatakan “eksistensialisme” merupakan suatu aliran dalam
ilmu filsafat yang menekankan pada manusia yang bertanggung jawab atas
kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana
yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana
yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat
relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang
menurutnya benar. Manusia juga dipandang sebagai suatu mahluk yang harus
bereksistensi (berbuat), mengkaji cara manusia berada di dunia dengan
kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia
konkret.
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila
terjadi krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan
mencoba apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian filsafat adalah perjalanan
dari satu krisis ke krisis yang lain. Begitu juga filsafat eksistensialisme
lahir dari berbagai krisis atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang
telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia, yaitu:
a.
Materialisme
Menurut pandangan materialisme, manusia itu pada akhirnya adalah benda
seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa
manusia sama dengan benda, akan tetapi mereka mengatakan bahwa pada akhirnya,
jadi pada prinsipnya, pada dasarnya, pada instansi yang terakhir manusia
hanyalah sesuatu yang material; dengan kata lain materi; betul-betul materi.
Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul ketimbang sapi tapi pada
eksistensinya manusia sama saja dengan sapi.
b.
Idealisme
Aliran ini memandang manusia hanya sebagai subyek, hanya sebagai kesadaran;
menempatkan aspek berpikir dan kesadaran secara berlebihan sehingga menjadi
seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang
lain selain pikiran.
c.
Situasi dan Kondisi
Dunia
Munculnya eksistensialisme didorong juga oleh situasi dan kondisi di dunia
Eropa Barat yang secara umum dapat dikatakan bahwa pada waktu itu keadaan dunia
tidak menentu. Tingkah laku manusia telah menimbulkan rasa muak atau mual.
Penampilan manusia penuh rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil
persetujuan bersama yang palsu yang disebut konvensi atau tradisi. Manusia
berpura-pura, kebencian merajalela, nilai sedang mengalami krisis, bahkan
manusianya sendiri sedang mengalami krisis. Sementara itu agama di sana dan di
tempat lain dianggap tidak mampu memberikan makna pada kehidupan.
Dari sekian banyak filsuf eksistensialisme atau eksistensialis yang
memiliki pendapat dan pemikiran berbeda dalam ke-eksistensialimeannya, dapat
kita temukan ciri-ciri yang sama, yang menjadikan sistem itu dapat di cap
sebagai eksistensialisme. Menurut Harun Hadiwijono (1990) ciri-cirinya adalah
sebagai berikut:
1. Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada.
Hanya manusialah yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas manusia
berada. Pusat perhatian ini adalah manusia. Oleh karena itu, filsafat ini bersifat
humanitis.
2. Bereksistensi harus diartikan bersifat dinamis. Bereksistensi berarti
menciptakan dirinya secara aktif. Bereksistensi berarti berbuat, menjadi,
merencanakan. Setiap manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaanya.
3. Di dalam eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah
realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakikatnya manusia
terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih lagi pada manusia sekitarnya.
4. Eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang konkret, pengalama
yang eksistensial. Hanya arti pengalaman ini berbeda-beda. Heidegger memberi
tekanan kepada kematian, yang menyuramkan segala sesuatu, Marcel kepada
pengalaman keagamaan dan Jaspers kepada pengalaman hidup yang bermacam-macam seperti
kematian, penderitaan, perjuangan dan kesalahan.
Berikut saya akan menjelaskan tentang
filsafat eksistensialisme menurut Kierkegaard.
a.
Biografi
Soren Aabye Kierkegaard (lahir di Kopenhagen, Denmark, 5 Mei 1813 – meninggal di Kopenhagen, Denmark, 11 November 1855 pada umur 42 tahun) adalah seorang filsuf dan teolog abad ke-19 yang berasal dari Denmark. Masa kecilnya ia habiskan di perusahaan ayahnya. Ia mulai belajar teologi
di Universitas Kopenhagen, disini ia menentang pemikiran Hegel yang mendominasi
di Universitas tersebut. Dalam kurun waktu ia apatis terhadap agama dan ia
ingin hidup yang bebas dengan aturan agama.
Setelah mengalami krisis religius ia kembali menekuni ilmu pengetahuan dan
menjadi pastor Lutheran. Pada tahun 1840 ia bertunangan dengan Regina Oslen.
Namun ia tidak meneruskannya karena ia memutuskan untuk hidup tanpa menikah dan
hidup demi gereja dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ia banyak belajar filsafat
dan kesusastraan. Banyak membaca karya-karya filsuf Jerman khususnya Hegel.
Pada tahun 1841 ia mampublikasikan buku pertamanya Om Begrebet Ironi (The Concept Of Irony). Karya ini sangat orisinal
dan memperlihatkan kecemerlang pemikiran Kierkegaard. Ia mengecam keras
asumsi-asumsi pemikiran Hegel yang bersifat umum. Karya ini selanjutnya
mrupakan bahan referensi dalam bahan kuliahnya. Dalam karya selanjutnya ia
banyak mengkritik pemikiran-pemikitan Hegel.
Dalam pengembaraan pemikirannya ia berkembang menjadi filsuf, pemikir
religius dan dikenal sebagai tokoh pertama yang terpenting dalam
eksistensialisme sebagai simbol awal gerakan selanjutnya.
b.
Ide-ide pokok Kierkegaard
Dalam karya awalnya Begrebet Ironi
(The Concept Of Irony) 1841, yang merupakan karya asli yang gemilang,
Kierkegaard mengkritik asumsi-asumsi Hegelian yang yang bersifat umum. Ia
berpendirian bahwa pemikiran yang abstrak akan menghilangkan kepribadian
manusia. Karena cara itu hanya menekan pada pemikiran dan akal yang condong
tidak mengindahkan orang yang memikirkannya.
Polemik Kierkegaard dengan Hegel diteruskan dalam karya-karya
filosofis-estetis awal (pseudonisme), bahkan kadangkadang dalam buku misalnya,
Enten-Eller (Either Or) 1843, Philosophiske Smuler (Philosopichal Fragments)
1844, dan Afsluttede Uvidenskabelig Efterskriff (Concluding Unscientific
Postcript) 1846. Judul terakhir sesungguhnya merupakan suatu karya besar yang
memuat ajaran Kierkegaard tentang ‘kebenaran subjektif’.
Ludwig Wittgenstein berpendapat bahwa
Kierkegaard sejauh ini adalah pemikir yang paling mendalam dari abad
ke-19". Ide-ide pokok Soren Aabye Kierkegaard adalah sebagai berikut:
1.
Tentang Manusia
Kierkegaard menekankan posisi penting dalam diri seseorang yang
"bereksistensi" bersama dengan analisisnya tentang segi-segi
kesadaran religius seperti iman, pilihan, keputus asaan, dan ketakutan.
Pandangan ini berpengaruh luas sesudah tahun 1918, terutama di Jerman. Ia
mempengaruhi sejumlah ahli teologi protestan dan filsuf-filsuf eksistensial
termasuk Barh, Heidegger, Jaspers, Marcel, dan Buber.
Alur pemikiran Kierkegaard mengajukan persoalan pokok dalam hidup; apakah
artinya menjadi seorang Kristiani? Dengan tidak memperlihatkan
"wujud" secara umum, ia memperhatikan eksistensi orang sebagai
pribadi. Ia mengharapkan agar kita perlu memahami agama Kristen yang otentik.
Ia berpendapat bahwa musuh bagi agama Kristiani ada dua, yaitu filsafat Hegel
yang berpengaruh pada saat itu. Baginya, pemikiran abstrak, baik dalam bentuk
filsafat Descartes atau Hegel akan menghilangkan personalitas manusia dan
membawa kita kepada kedangkalan makna kehidupan. Dan yang kedua adalah
konvensi, khususnya adat kebiasaan jemaat gereja yang tidak berpikir secara
mendalam, tidak menghayati agamanya, yang akhirnya ia memiliki agama yang
kosong dan tak mengerti apa artinya menjadi seorang kristiani.
Kierkegaard bertolak belakang dengan Hegel karena menulis tentang
“pemikiran murni”. Ia berkara “pikiran murni adalah lucu, karena merupakan
pikiran tana pemikir”. Keberatan utama yang diajukannya adalah karena Hegel
meremehkan eksistensi yang kongkrit, karena ia (Hegel) mengutamakan idea yang
sifatnya umum. Menurut Kierkegaard manusia tidak pernah hidup sebagai sesuatu
"aku umum", tetapi sebagai "aku individual" yang sama
sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu yang
lain. Kierkegaard sangat tidak suka pada usaha-usaha untuk menjadikan
agama Kristen sebagai agama yang masuk akal (reasonable) dan tidak menyukai
pembelaan terhadap agama Kristiani yang menggunakan alasan-alasan
obyektif.
Penekanan Kierkegaard terhadap dunia Kristiani, khususnya gereja-gerejanya,
pendeta-pendetanya, dan ritus-ritus (ibadat-ibadat)nya sangat mistis. Ia tidak
menerima faktor perantara seperti pendeta, sakramen, gereja yang menjadi
penengah antara seorang yang percaya dan Tuhan Yang Maha Kuasa.
2.
Pandangan tentang
Eksistensi
Kierkegaard mengawali pemikirannya bidang eksistensi dengan mengajukan
pernyataan ini; bagi manusia, yang terpenting dan utama adalah keadaan dirinya
atau eksistensi dirinya. Pernyataan ini kemudian dikembangkan bahwa eksistensi
manusia bukanlah statis tetapi senantiasa menjadi, artinya manusia itu selalu
bergerak dari kemungkinan kenyataan. Proses ini berubah, bila kini sebagai
sesuatu yang mungkin, maka besok akan berubah menjadi kenyataan. Karena manusia
itu memiliki kebebasan, maka gerak perkembangan ini semuanya berdasarkan pada
manusia itu sendiri. Eksistensi manusia justru terjadi dalam kebebasannya.
Kebebasan itu muncul dalam aneka perbuatan manusia. Baginya bereksistensi
berarti berani mengambil keputusan yang menentukan bagi hidupnya.
Konsekuensinya, jika kita tidak berani mengambil keputusan dan tidak berani berbuat,
maka kita tidak bereksistensi dalam arti sebenarnya.
Kierkegaard membedakan tiga bentuk eksistensi, yaitu estetis, etis, dan
religius.
a. Eksistensi estetis menyangkut kesenian, keindahan. Manusia hidup dalam
lingkungan dan masyarakat, karena itu fasilitas yang dimiliki dunia dapat
dinikmati manusia sepuasnya. Di sini eksistensi estetis hanya bergelut terhadap
hal-hal yang dapat mendatangkan kenikmatan pengalaman emosi dan nafsu.
Eksistensi ini tidak mengenal ukuran norma, tidak adanya keyakinan akan iman
yang menentukan.
b. Eksistensi etis, setelah manusia menikmati fasilitas dunia, maka ia juga
memperhatikan dunia batinnya. Untuk keseimbangan hidup, manusia tidak hanya
condong pada hal-hal yang konkrit saja tapi harus memperhatikan situasi
batinnya yang sesuai dengan norma-norma umum. Sebagai contoh untuk menyalurkan
dorongan seksual (estetis) dilakukan melalui jalur perkawinan (etis).
c. Eksistensi religius. Bentuk ini tidak lagi membicarakan hal-hal konkrit,
tetapi sudah menembus inti yang paling dalam dari manusia. Ia bergerak kepada
yang absolut, yaitu Tuhan. Semua yang menyangkut Tuhan tidak masuk akal
manusia. Perpindahan pemikiran logis manusia ke bentuk religius hanya dapat
dijembatani lewat iman religius.
3.
Teodise
Menurut Kierkegaard, antara Tuhan dengan alam, antara pencipta dan makhluk
terdapat jurang yang tidak terjembatani. Ia menjelaskan bahwa Tuhan itu berdiri
di atas segala ukuran sosial dan etika. Sedangkan manusia jauh berada di
bawah-Nya. Keadaan seperti ini menyebabkan manusia cemas akan eksistensinya.
Tetapi dalam kecemasan ini, seseorang itu dapat menghayati makna hidupnya. Jika
seseorang itu berada dalam kecemasan, maka akan membawa dirinya pada suatu
keyakinan tertentu. Perilaku ini memperlihatkan suatu loncatan yang dahsyat di
mana manusia memeluk hal yang tidak lagi masuk akal.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa agama Kristen itu mengambil langkah yang
dahsyat, langkah menuju yang tidak masuk akal. Di sana agama Kristen mulai.
Alangkah bodohnya orang yang ingin mempertahankan agama Kristiani. Tetapi
menurut Kierkegaard iman adalah segala-galanya. Bila seseorang itu memihak
agama Kristen atau memusuhinya atau memihak kebenaran atau memusuhinya. Agama
Kristen itu bisa benar secara mutlak tetapi bisa juga salah secara mutlak.
Selanjtnya filsuf ini mengatakan bahwa apa yang diperlukan oleh zaman kita
bukan pemikiran tetapi passi. Pengetahuan tentang fakta tidak dapat mengatasi
cacatnya dorongan atau kemauan.
Kierkegaard pada dasanya adalah seorang penulis polemik, karena semua hasil
karya sastranya baik langsiung atau tidak berhubungan dengan kesustraan dengan
argumen apa yang ia anggap sebagai salah satu kelemahan agama Kristen. Dalam
beberapa polemik kadang-kadang seseorang menggunakan generalisasi yang luas
untuk mengatasi posisi lawan, dan pada saat yang lain seseorang juga begitu
peduli pada penekanan poin-poin tertentu sehingga ia mengurangi dan bahkan sama
sekali menghilangkan aspek lain dari persoalan itu. Kierkegaard juga sangat
terbuka dengan kritikan dan ia sangat mempertahankan perlunya meniru sosok
Kristus, sungguh ingin menghidupkan agama Kristen. Moel pemikiran dantulisan
Kierkegaard yang polemis, ada serangkaian amiguitas dan ketidakjelasan yang
membuatnya sulit bagi seorang pengikut St. Thomas Aquinas untuk mengetahui
apakah sikap Kierkegaard terhadap beberapa hal, seperti hubungan antara gereja
dan individu, tentang kemungkinan untuk membuktikan keberadaan Tuhan dengan
argumen-argumen rasional dan tentang hubungan antara kebaikan Kristud dengan
skaramen-saramen.
Kemudian pemikiran-pemikiran tentang absurditas yang dipakai kierkegaard
dalam hubungannya dengan iman adalah sesuatu yang patut disayangkan. Kata absurd biasanya mempunyai arti “berlawanan dengan pikiran”, “jelas-jelas tidak konsisiten dalam
kebenaran yang tampak”, atau “berlawanan”.
Ajaran umum para teolog Katolit selalu mengatakan bahwa kebenaran iman tidak
berlawanan dengan akal tetapi diatasnya, tidak bertentangan dengan akal tetapi
melampauinya.
Tapi bila seorang mememahami polemik tersebut, ia bisa menghagai mengapa
Kierkegaard tergoda untuk menggunakan pemikiran tentang absurditas dalam
perselisihannya dengan Hegel. Hegel megngajarkan bahwa akal mampu memahami
iman, bahwa akal juga dapat memahami ajaran-ajaran agama Kristen. Sekarang yang
bertentangan dengan akal adalah absurd. Oleh karena itu untuk menunjukkan bahwa
akal tidak mungkin dapat memahami iman Kristen, Kierkegaard mempertegas bahwa
iman adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat ditangkap akal yang disebut “tidak
masuk akal” atau absurd.
Disisi lain walaupun ada pembatasan yang inheren dengan Kierkegaard, para
pengikut St. Thomas Aquinas berterimakasih kepadanya karena :
Pertama, ia dapat merubah pikiran kita untuk menjadi seorang Kristen tanpa harus
mengetaui suatu doktrin tapi juga untuk menghidupkan kembali doktrin itu:
Diawal agama Kristen, ketika ia diperkenalkan ke dunia, ada doktrin
tertentu yang lebih dari yang lain yang memberi kesempatan untuk berselisih.
Dalam umat Kristen, ajaran itu benar-benar diterima dengan cara demikian sehingga
melawan ajaran itu mudah melahirkan suatu gerakan sekitaran. Salah satu yang
harus diperjuangkan dalam umat Kristen adalah memberikan kepada ajaran agama
suatu kekuatan moral atas kehidupan seseorang sebagaimana yang dituntun oleh
agama Kristen itu sendiri.
Kedua, Kierkegaard dapat membantu kita menyadari bahwa untuk menghidupkan ajaran
ini, kita harus punya keptusan, niat, tujuan dan antusiasme:
Etika dan ilmu etika, yang merupakan pelabuhan hakiki bagi semua individu
yang eksis, memiliki sebuah klaim yang sangat kuat bahwa apapun yang bisa
diraih seseorang manusia didunia, baik itu prestasi-prestasi yang menakjubkan
sekalipun tidaklah diragukan arti pentingnya kendatiun orang itu ketika membuat
keputusannya sudah bersih secara etis dan menjelaskan pilihannya itu pada
dirinya sendiri. Etika antusiasme sejati termasuk juga kemauan untuk menentukan
batas-batas kekuasaan seseorang.
Ketiga, Kierkegaard membuat kita lebih sadar bahwa kita adalah individu yang
eksis, bahwa kita adalah pribadi-pribadi dan diri yang sadar bukan sekedar
bagian dari kerumunan, angka-angka dalam suatu kelompok atau benda-benda dalam
suatu kumpulan:
Dunia mungkin selalu mati dari apa yang disebut orang-orang hakiki, dari
manusia yang memiliki subjektivitas menentukan, dari manusia yang secara
artistik masuk kedalam refleksi, manusia yang memikirkan dirinya sendiri.
Keempat, Kierkegaard membantu kita menghargai bahwa kita dapat menjadi lebih
bersungguh-sungguh dalam kehidupan etika kita, bahwa kita dapat menjadi lebih
sempurna dalam peniruan kita atas Kristus dan selanjutnya kita menjadi individu
yang lebih reflektif hanya dengan memperbaiki diri:
PENUTUP
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan
pada manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan
secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya
tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang
eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya
masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Manusia
juga dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi (berbuat),
mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan
pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. Filsafat selalu lahir
dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang
biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat
tahan uji. Dengan demikian filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke
krisis yang lain. Begitu juga filsafat eksistensialisme lahir dari berbagai
krisis atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang telah ada sebelumnya
atau situasi dan kondisi dunia.
Ludwig Wittgenstein berpendapat bahwa
Kierkegaard sejauh ini adalah pemikir yang paling mendalam dari abad ke-19".
Ide-ide pokok Soren Aabye Kierkegaard adalah sebagai berikut:
1.
Tentang Manusia
2.
Pandangan tentang Eksistensi
3.
Teodise
Inti pemikiran dari tokoh ini adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu
yang statis tetapi senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan
menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi
ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia
cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.
Daftar pustaka
·
Save M dagun. 1990. Filsafat Eksistensialisme. Jakarta:
Rineka Cipta
·
Vincent, Martin. 2001. Filsafat Eksistensialisme. Yogyakata:
Pustaka Pelajar
·
Fuad, Hasan. 1973. Berkenalan Dengan Existensilisme. Djakarta:
Pustaka Jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar