Rabu, 06 September 2017

GOTONG ROYONG



“Gotong Royong Sebagai Implementasi Nilai Pancasila di Desa Segulung”

Guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Sosial

Description: F:\Logo_UNS.GIF


PUPUT ADISTYA PRATIWI
D0315049

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah metode penelitian sosial yaitu proposal penelitian yang berjudul “Gotong Royong Sebagai Implementasi Nilai Pancasila di Desa Segulung” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proposal ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan proposal yang telah dibuat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga proposal penelitian sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Surakarta, Desember 2016

                                                                        Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan arus globalisasi sekarang ini, individu sering mengabaikan bagaimana tentang pengamalan Pancasila yang menjadi dasar bagi negara Indonesia. Bahkan setiap individu kurang memahami bagaimana tata cara berperilaku dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan sila-sila yang ada dalam Pancasila. Sehingga perlu ada desakan untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila menjadi dasar negara Indonesia untuk bertingkah laku dalam kehidupan sosial. Namun demikian hal ini cukup asing dalam era globalisasi seperti sekarang. Adakalanya kita sebagai warga negara Indonesia meskipun di zaman yang modern kita harus bisa memilah dan memilih dalam melakukan suatu kegiatan yang sesuai dengan pegamalan nilai yang ada dalam Pancasila. Dengan demikian nilai yang ada dalam pancasila secara terbiasa dapat kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam laporan ini akan dijelaskan pengamalan Pancasila dalam sila ke-3 terutama pada penerapan dalam hal gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Prinsip gotong royong merupakan salah satu ciri khas atau karakteristik bangsa Indonesia. Dan memang seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia terus mengembangkan dan melestarikan budaya gotong royong karena untuk menjalin kekeluargaan kita sebagai warga negara yang berdaulat. Keberadaan gotong royong tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Secara turun temurun gotong royong menjadi warisan budaya leluhur yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat pedesaan sekaligus merupakan kepribadian bangsa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan pada aktivitas masyarakat yang selalu mengedepankan kebersamaan dalam melakukan kegiatan yang sifatnya sosial, serta faktor pendukung lain yaitu karena dinyatakan pada nilai Pancasila yang terkandung dalam sila ke-3.
Perkembangan masyarakat pedesaan dapat disebabkan oleh  saling mempengaruhinya masyarakat satu dengan masyarakat lain. Hal itu disebabkan karena kebudayaan dengan masyarakat sistem terbuka. Dengan keadaan tersebut, maka kebudayaaan lambat laun akan mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan masyarakat terutama di pedesaan.
Segulung merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun. Mayoritas masyarakat masih menerapkan gotong royong dengan baik antar warga setempat walaupun sudah di era perkembangan pada zaman sekarang ini. Kekompakan dan kekeluargaan antar warga masih terlihat sangat erat. Contoh lain misalnya gotong royong dalam mendirikan rumah, kerja bakti membersihkan lingkungan desa, memperbaiki jalan lingkungan dan jembatan, merenovasi masjid, memasang gapura dan umbul-umbul, gotong royong dalam bentuk ngalayad dan tahlilan, iuran berupa beas perelek, kegiatan keagamaan, siskamling masih berjalan dengan baik.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui dan mengkaji tentang pertahanan budaya gotong royong ini di zaman yang modern seperti sekarang, untuk itu peneliti menulis penelitian ini dengan mengangkat judul “Gotong Royong Sebagai Implementasi Nilai Pancasila di Desa Segulung”.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila?
2.      Apa faktor pendorong terbentuknya gotong royong di desa Segulung?
3.      Bagaimana cara mempertahankan dan melestarikan budaya gotong royong di desa Segulung?

1.3  Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan bagaimana cara masyarakat desa Segulung bisa dapat mempertahankan  kebudayaan gotong royong pada era globalisasi seperti sekarang ini.
b. Tujuan Khusus
·      Mendeskripsikan bagaimana cara mempertahankan budaya gotong royong dengan kondisi yang modern seperti saat ini.
·      Mendiskripsikan faktor pendorong dapat mempertahankan budaya gotong royong dengan baik.

1.3  Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut:
·      Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta memperluas wawasan keilmuan dan memberikan kontribusi  terhadap sosiologi, khususnya pada disiplin ilmu sosiologi pedesaan.
·      Manfaat praktis
1.        Bagi peneliti, berguna untuk mengkaji lebih dalam tentang budaya luhur kita sebagai implementasi mempertahankan warisan nilai-nilai gotong royong yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat guna menambah pengalaman peneliti pada kearifan lokal masyarakat tentang nilai-nilai gotong royong.
2.        Bagi masyarakat, sebagai stimulus kepada masyarakat agar memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga budaya gotong royong sebagai ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia khususnya masyarakat pedesaan.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pancasila
      Bagi bangsa Indonesia hakikat sesungguhnya dari Pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian tersebut sudah selayaknya dipahami oleh bangsa Indonesia. Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan karena setiap sila dalam Pancasila mengandung empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau dipindah-pindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis-hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila dalam Pancasila itu menunjukan suatu rangkaian urutan yang bertingkat-tingkat, dimana tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat dipindahkan.
Pancasila mempunyai akar yang dalam pada kegotongroyongan masyarakat Indonesia (Soekarno), pada lembaga sosial (struktur sosial) dari masyarakat asli yang diciptakan oleh kebudayaan Indonesia, aliran pikiran dan semangat kebatinan bangsa Indonesia (Supomo), pada sejarah, peradaban, agama dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia (Yamin). Dengan demikian, pengertian Pancasila dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Pancasila formal yang berupa pengertian yang abstrak berupa ide tokoh Pancasila yang kemudian dituangkan dalam rumusan tertulis dalam dokumen penting. Dan Pancasila material yang hidup dan berkembang dalam sejarah, peradaban, agama, hidup ketatanegaraan dan lembaga sosial (struktur sosial asli Indonesia yang bersifat gotong royong).

2.2 Pengertian Gotong Royong
      Gotong royong merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan dilakukan dengan suka rela agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Sehingga dapat dikatakan bahwa gotong royong merupakan kekuatan yang membuat masalah berat menjadi ringan. Dalam kegiatan sehari-hari yang bersendikan tradisi bertani, gotong royong telah menjadi teknik pemecahan masalah yang turun-temurun diwariskan sebagai kebudayaan.
Gotong royong sangat perlu dilestarikan dan dikembangkan daLam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, terutama pada warga negara Indonesia yang dikatakan bahwa gotong royong merupakan budaya yang tidak asing lagi dalam setiap beraktivitas serta sudah tertera dalam Pancasila yang terkandung dalam sila ke-3. Oleh karena itu, warga negara Indonesia sangatlah perlu melakukan penerapan gotong royong sebagai salah satu pengamalan Pancasila di sila ke-3.























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1  Setting Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di desa Segulung, RT 11 RW 04, kecamatan Dagangan, kabupaten Madiun, Jawa Timur.
3.2  Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk deskriptif kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara. Dimana observasi adalah berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap gejala yang diteliti. Penelitian kualitatif sendiri adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi ojek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci.
3.3  Sumber Data
Dalam setiap penelitian diperlukan kemampuan memilih metode pengumpulan data yang relevan. Data merupakan fakta penting dalam penelitian. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
a.       Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melaui wawancara dan pengamatan langsung.
b.      Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara membaca dan mempelajari melalui media lain. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku yang berhubungan dengan tema penelitian.
3.4  Teknik Pengumpulan Data
a.       Metode wawancara
Dengan menggunakan teknik wawancara terstruktur, artinya wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan seelumnya. Pertanyaan yang sama diajukan kepada semuan reponden dalam kalimat dan responden yang seragam.
b.      Metode dokumentasi
Peneliti menggunakan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencari dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian. Disini peneliti mengambil dokumen dengan cara mengambil gambar pada saat penelitian.
c.       Studi Pustaka
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menelusuri buku-buku yang berhubungan dengan tema penelitian ini.
3.5  Populasi
Populasi adalah keseluruhan ojek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah warga desa Segulung Rt 11 Rw 04, Dagangan, Madiun.
3.6  Teknik Sampling
Dalam penelitian ini pemilihan informan menggunakan teknik random sampling. Random sampling adalah teknik penganbilan sampel dimana semua individu dalam populasi secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili dari populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah warga desa Segulung yang sedang melakukan gotong royong pembangunan jalan.
















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui respon dari masyarakat mengenai implementasi perilaku gotong royong di Madiun, terutama di desa Segulung, maka dalam penelitian ini melibatkan sejumlah 3 responden. Penentuan responden ini dianggap cukup representative sebagai ekspresi masyarakat desa Segulung secara umum. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh data yang merupakan hasil dari wawanara 3 responden yang memiliki jawaban yang hampir sama, yakni dalam masyarakat desa dikenal adanya tradisi gotong royong secara  bersama yang disebut dengan sambatan. Kata sambatan mungkin tidak asing bagi kalangan masyarakat desa. Dalam konteks kerja, sambatan mengandung arti membantu untuk mengurangi beban keluhan karena pekerjaan yang banyak dari seseorang itu. Sambatan juga dipakai untuk menyambut kebahagiaan keluarga seperti menyelenggarakan pesta pernikahan, berbagi macam acara selamatan dalam rangka pertunangan, khitanan, kelahiran anak, dalam membangun rumah, dalam bidang pertanian seperti menanam serta memanen padi, dan sebagainya. Tujuan diadakan pertemuan seperti gotong royong ini adalah untuk memperekat sebuah tali persaudaraan atau rasa kebersamaan atau senasib warga untuk bisa berkumpul membahas mengenai suatu permasalahan-permasalahan, yang kemudian dicari solusinya buat meringankan beban seseorang, sekaligus menggali potensi-potensi yang ada di sekitar desa. Muatandari nilai-nilai persatuan dalam bergotong royong adalah antara lain perasaan sama dalam kebersamaan dan senasib antar masyarakat, terdorong oleh sifat kodrat manusia sebagai makhluk sosial, adanya sebuah kebutuhan ketergantungan antara manusia satu dengan lainnya, adanya dorongan jiwa sama tinggi dan sama rendah, adanya dorongan untuk membantu kesusahan orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian didapatkan temuan yang dapat dikaitkan dengan kajian teori. Adapun temuan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Bentuk kegiatan yang mencerminkan nilai persatuan dalam bergotong royong di masyarakat desa. Sambatan yang masih dilakukan adalah dalam bentuk rewang. Rewang ini lebih banyak dilakukan di lokasi yang makin masuk ke pedusunan daripada mereka yang tinggal lebih dekat dengan kota. Situasi yang memerlukan bantuan pada umumnya lebih banyak memerlukan ketrampilan tertentuyang lebih banyak ada pada wanita daripada laki-laki.bahwa karakteristik situasi juga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat untuk memberikan atau tidak memberikan bantuan. Umumnya bantuan akan diberikan bila memang orang yang membutuhkan bantuan akan sambatkepada tetangga yang lain dengan cara mengunjungi satu-per-satu orang yang dimintai bantuan. Kalau masyarakat tidak diminta untuk membantu disambati cenderung mereka tidak menawarkan diri untuk membantu. Hal tersebut berkaitan dengan teori yang dikemukakan Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983:186) bahwa, dalam mewujudkan pembangunan dan bantuan perlengkapan hidup serta perekonomian individu atau keluarga peranan gotong royong tidak sedikit terutama dalam bentuk tolong-menolong. Dengan demikian berarti wujud atau bentuk gotong royong didasari dengan rasa keikhlasan dalam membantu seseorang tanpa disuruh untuk membantunya.
2.      Hambatan dalam mempertahankan nilai persatuan dalam bergotong royong di masyarakat desa. Hambatan dalam kegiatan gotong royong dalam tradisi sambatan tidak terlepas dari kemajuan zaman mengingat saat ini orang sudah tidak ada waktu lagi untuk sambatan dan orang lebih mempercayakan kepada orang-orang yang profesional dan ahli dan seiring perkembangan jaman dan pengaruh dari globalisasi banyak hambatan yang menyebabkan tradisi gotong royong atau sambatan semakin luntur di negeri ini yang kadang dipengaruhi oleh kehidupan kota. Hal tersebut berkaitan dengan teori yang dikemukakan Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983:183), hambatan dalam mempertahankan nilai persatuan dalam gotong royong di masyarakat desa yaitu “suatu bentuk dan sikap hubungan gotong royong akan dapat menjadi mundur ataupun punah sama sekali sebagai akibat pergeseran nilai-nilai budayanya.
3.      Usaha yang dilakukan masyarakat desa dalam mempertahankan nilai persatuan dalam bergotong royong di masyarakat desa. Warga saling bergaul terhadap yang lainnya, meskipun ada warga baru kita tetap menyapa, hal ini bertujuan memperarat kita sebagai makhluk sosial, sehingga jika ada kesusahan mereka mau bantu kita dan perangkat desa mampu menggerakkan semua warganya meskipun mereka warga baru, kitatetap harus menganggap semuanya sama tanpa membeda-bedakan. Hal tersebut berkaitan dengan teori yang dikemukakan menurut Jusuf (2010), “untuk melestarikan budaya sambatan sehingga tidak hilang, diperlukan upaya dari tokoh masyarakat dan aparat desa untuk selalu mengingatkan dan mengkomunikasikan nilai luhur yang telah diwariskan ini kepada warga masyarakat baik warga asli maupun para pendatang. Dengan demikian bahwa dalam mempertahankan gotong royong atau sambatan sebaiknya warga saling mendukung dan terlibat dalam suatu kegiatan masyarakat serta memperoleh kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, dan mewujudkan kesejahteraan warga sekitar.























BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian dengan judul gotong royong sebagai implementasi nilai pancasila di desa Segulung ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
·         Bentuk kegiatan yang mencerminkan nilai persatuan dalam bergotong royong di masyarakat desa.
1.      Masyarakat desa dalam melaksanakan kegiatan gotong royong berwujud rewang, dengan menggerakkan tenaga kerja secara massal atau bersama-sama.
2.      Masyarakat rela berkorban meskipun panas mereka tetap semangat dalam membantu tetangganya yang sedang kesusahan baik seseorang itu punya derajat atau pangkat yang tinggi.
3.      Masyarakat dengan sukarela membantu tetangganya meskipun mereka tidak diberi upah.
4.      Rasa kekerabatan atau rasa kebersamaan masih kuat yang ada di diri mereka ketika ada tetangganya yang sedang membutuhkan tenanganya.
·         Hambatan dalam mempertahankan nilai persatuan dalam bergotong royong di masyarakat desa. Hambatan yang biasa di alami ketika ada kegitan gotong royong atau sambatan yang ada di desa adalah:
1.      Sebagian besar banyak warga jika tidak punya pekerjaan misalnya dalam  pembangunan rumah sifatnya hanya menonton kurang mempunyai jiwa membantu terhadap temannya yang kesusahan.
2.      Banyak warga yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
3.      Banyak warga yang kurang sadar bahwa setelah dia dibantu belum tentu dia membantu orang yang membantunya sehingga warga harus sadar diri juga bahwa dia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain lain.
4.      Masyarakat ada yang merasa dirinya lebih tinggi, sehingga dalam pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh warga secara sukarela tetapi pemilik rumah lebih percaya kepada ahlinya.
5.      Biasanya ada warga yang tidak mau menyumbang benda atau sesuatu buat warganya yang membutuhkan, misalnya dalam pembangunan rumah bagi warga tidak mampu, kadang warga tidak mau menyumbang bambu buat tetangganya yang kesusahan.
·         Usaha yang dilakukan dalam mempertahankan nilai persatuan dalam bergotong-royong di masyarakat desa.
1.      Sebaiknya sebelum kegiatan dilaksanakan masyarakat dikumpulkan terdahulu untuk dimusyawarahkan.
2.      Mungkin masyarakat sekarang lebih cenderung kesistem upah, sehingga peminat yang berperan dalam gotong royong sedikit, mungkin usaha yang harus dilakukan dengan menggerakkan masing-masing ketua RT nya buat menggerakkan anggota-anggotanya masing-masing tiap RT.

SARAN
Dari  hasil penelitian ini penulis berharap kita sebagai masyarakat yang  demokrasi tidak melupakan apa yang menjadi dasar dalam kita bertingkah laku dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dan penulis juga berharap semoga penilitian yang ditulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang bertopik masalah lama serta semoga penelitian berikutnya yang mempunyai bahasan serupa dapat menggunakan metode penelitian yang berbeda agar ada variasi dalam penyajian data.










Daftar Pustaka
·         P.J. Suwarno. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Karisius.
·         Ronto. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi & Dasar Negara. Jakarta Timur: Balai Pustaka.
·         Tim Mitra Guru. 2007. IPS Sosiologi. ESIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar