“Gotong Royong Sebagai Implementasi
Nilai Pancasila di Desa Segulung”
Guna
memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Sosial

PUPUT ADISTYA PRATIWI
D0315049
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
Kata Pengantar
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah metode penelitian sosial yaitu proposal penelitian yang berjudul “Gotong
Royong Sebagai Implementasi Nilai Pancasila di Desa Segulung” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Saya
sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proposal ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan proposal yang telah dibuat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga
proposal penelitian sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang
membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Surakarta,
Desember 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Seiring
dengan perkembangan zaman dan arus globalisasi sekarang ini, individu sering
mengabaikan bagaimana tentang pengamalan Pancasila yang menjadi dasar bagi
negara Indonesia. Bahkan setiap individu kurang memahami bagaimana tata cara berperilaku
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan sila-sila yang ada dalam Pancasila.
Sehingga perlu ada desakan untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila
menjadi dasar negara Indonesia untuk bertingkah laku dalam kehidupan sosial.
Namun demikian hal ini cukup asing dalam era globalisasi seperti sekarang.
Adakalanya kita sebagai warga negara Indonesia meskipun di zaman yang modern
kita harus bisa memilah dan memilih dalam melakukan suatu kegiatan yang sesuai
dengan pegamalan nilai yang ada dalam Pancasila. Dengan demikian nilai yang ada
dalam pancasila secara terbiasa dapat kita terapkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam
laporan ini akan dijelaskan pengamalan Pancasila dalam sila ke-3 terutama pada
penerapan dalam hal gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Prinsip gotong
royong merupakan salah satu ciri khas atau karakteristik bangsa Indonesia. Dan
memang seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia terus mengembangkan dan
melestarikan budaya gotong royong karena untuk menjalin kekeluargaan kita
sebagai warga negara yang berdaulat. Keberadaan gotong royong tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Secara turun temurun gotong
royong menjadi warisan budaya leluhur yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat
pedesaan sekaligus merupakan kepribadian bangsa Indonesia. Hal
ini dapat dibuktikan pada aktivitas masyarakat yang selalu mengedepankan
kebersamaan dalam melakukan kegiatan yang sifatnya sosial, serta faktor
pendukung lain yaitu karena dinyatakan pada nilai Pancasila yang terkandung
dalam sila ke-3.
Perkembangan
masyarakat pedesaan dapat disebabkan oleh
saling mempengaruhinya masyarakat satu dengan masyarakat lain. Hal itu
disebabkan karena kebudayaan dengan masyarakat sistem terbuka. Dengan keadaan
tersebut, maka kebudayaaan lambat laun akan mengalami pergeseran seiring dengan
perkembangan masyarakat terutama di pedesaan.
Segulung merupakan
salah satu desa yang ada di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun. Mayoritas
masyarakat masih menerapkan gotong royong dengan baik antar warga setempat
walaupun sudah di era perkembangan pada zaman sekarang ini. Kekompakan dan
kekeluargaan antar warga masih terlihat sangat erat. Contoh lain misalnya gotong
royong dalam mendirikan rumah, kerja bakti membersihkan lingkungan desa,
memperbaiki jalan lingkungan dan jembatan, merenovasi masjid, memasang gapura
dan umbul-umbul, gotong royong dalam bentuk ngalayad dan tahlilan, iuran berupa
beas perelek, kegiatan keagamaan, siskamling masih berjalan dengan baik.
Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk mengetahui dan mengkaji tentang pertahanan budaya
gotong royong ini di zaman yang modern seperti sekarang, untuk itu peneliti
menulis penelitian ini dengan mengangkat judul “Gotong Royong Sebagai
Implementasi Nilai Pancasila di Desa Segulung”.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
cara mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila?
2. Apa
faktor pendorong terbentuknya gotong royong di desa Segulung?
3. Bagaimana
cara mempertahankan dan melestarikan budaya gotong royong di desa Segulung?
1.3 Tujuan Penelitian
a.
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasikan bagaimana cara masyarakat desa Segulung bisa dapat
mempertahankan kebudayaan gotong royong
pada era globalisasi seperti sekarang ini.
b.
Tujuan Khusus
· Mendeskripsikan
bagaimana cara mempertahankan budaya gotong royong dengan kondisi yang modern
seperti saat ini.
· Mendiskripsikan
faktor pendorong dapat mempertahankan budaya gotong royong dengan baik.
1.3
Manfaat
Penelitian
Dari hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis maupun secara
praktis, yaitu sebagai berikut:
· Manfaat
teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat serta memperluas wawasan keilmuan dan memberikan
kontribusi terhadap sosiologi, khususnya
pada disiplin ilmu sosiologi pedesaan.
· Manfaat
praktis
1.
Bagi peneliti, berguna untuk
mengkaji lebih dalam tentang budaya luhur kita sebagai implementasi
mempertahankan warisan nilai-nilai gotong royong yang telah berakar kuat dalam
kehidupan masyarakat guna menambah pengalaman peneliti pada kearifan lokal
masyarakat tentang nilai-nilai gotong royong.
2.
Bagi masyarakat, sebagai stimulus
kepada masyarakat agar memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga budaya gotong
royong sebagai ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia khususnya
masyarakat pedesaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pancasila
Bagi bangsa Indonesia hakikat sesungguhnya
dari Pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara.
Kedua pengertian tersebut sudah selayaknya dipahami oleh bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan
karena setiap sila dalam Pancasila mengandung empat sila lainnya dan kedudukan
dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau
dipindah-pindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat
sistematis-hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila dalam Pancasila itu
menunjukan suatu rangkaian urutan yang bertingkat-tingkat, dimana tiap sila
mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga
tidak dapat dipindahkan.
Pancasila
mempunyai akar yang dalam pada kegotongroyongan masyarakat Indonesia
(Soekarno), pada lembaga sosial (struktur sosial) dari masyarakat asli yang
diciptakan oleh kebudayaan Indonesia, aliran pikiran dan semangat kebatinan
bangsa Indonesia (Supomo), pada sejarah, peradaban, agama dan hidup
ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia (Yamin). Dengan
demikian, pengertian Pancasila dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Pancasila
formal yang berupa pengertian yang abstrak berupa ide tokoh Pancasila yang
kemudian dituangkan dalam rumusan tertulis dalam dokumen penting. Dan Pancasila
material yang hidup dan berkembang dalam sejarah, peradaban, agama, hidup
ketatanegaraan dan lembaga sosial (struktur sosial asli Indonesia yang bersifat
gotong royong).
2.2 Pengertian Gotong Royong
Gotong royong merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan secara bersama-sama dan dilakukan dengan suka rela agar kegiatan
yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa gotong royong merupakan kekuatan yang membuat masalah berat
menjadi ringan. Dalam kegiatan sehari-hari yang bersendikan tradisi bertani,
gotong royong telah menjadi teknik pemecahan masalah yang turun-temurun
diwariskan sebagai kebudayaan.
Gotong
royong sangat perlu dilestarikan dan dikembangkan daLam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, terutama pada warga negara Indonesia
yang dikatakan bahwa gotong royong merupakan budaya yang tidak asing lagi dalam
setiap beraktivitas serta sudah tertera dalam Pancasila yang terkandung dalam
sila ke-3. Oleh karena itu, warga negara Indonesia sangatlah perlu melakukan
penerapan gotong royong sebagai salah satu pengamalan Pancasila di sila ke-3.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
Lokasi
penelitian bertempat di desa Segulung, RT 11 RW 04, kecamatan Dagangan,
kabupaten Madiun, Jawa Timur.
3.2 Bentuk Penelitian
Bentuk
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk deskriptif
kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara. Dimana observasi adalah
berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap gejala yang diteliti. Penelitian
kualitatif sendiri adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
ojek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci.
3.3 Sumber Data
Dalam
setiap penelitian diperlukan kemampuan memilih metode pengumpulan data yang
relevan. Data merupakan fakta penting dalam penelitian. Adapun jenis data yang
digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
a. Data
Primer
Sumber
data primer adalah data yang diperoleh secara langsung. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh melaui wawancara dan pengamatan langsung.
b. Data
Sekunder
Sumber
data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara membaca dan mempelajari
melalui media lain. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku yang
berhubungan dengan tema penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
a. Metode
wawancara
Dengan
menggunakan teknik wawancara terstruktur, artinya wawancara dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah disiapkan seelumnya. Pertanyaan yang sama diajukan
kepada semuan reponden dalam kalimat dan responden yang seragam.
b. Metode
dokumentasi
Peneliti
menggunakan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencari
dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian. Disini peneliti mengambil
dokumen dengan cara mengambil gambar pada saat penelitian.
c. Studi
Pustaka
Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menelusuri buku-buku yang
berhubungan dengan tema penelitian ini.
3.5 Populasi
Populasi
adalah keseluruhan ojek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah warga desa Segulung Rt 11 Rw 04, Dagangan, Madiun.
3.6 Teknik Sampling
Dalam
penelitian ini pemilihan informan menggunakan teknik random sampling. Random
sampling adalah teknik penganbilan sampel dimana semua individu dalam populasi
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai anggota sampel. Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang
dianggap dapat mewakili dari populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini
adalah warga desa Segulung yang sedang melakukan gotong royong pembangunan
jalan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Untuk
mengetahui respon dari masyarakat mengenai implementasi perilaku gotong royong
di Madiun, terutama di desa Segulung, maka dalam penelitian ini melibatkan
sejumlah 3 responden. Penentuan responden ini dianggap cukup representative
sebagai ekspresi masyarakat desa Segulung secara umum. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh data yang merupakan hasil
dari wawanara 3 responden yang memiliki jawaban yang hampir sama, yakni dalam
masyarakat desa dikenal adanya tradisi gotong royong secara bersama yang disebut dengan sambatan. Kata
sambatan mungkin tidak asing bagi kalangan masyarakat desa. Dalam konteks kerja,
sambatan mengandung arti membantu untuk mengurangi beban keluhan karena
pekerjaan yang banyak dari seseorang itu. Sambatan juga dipakai untuk menyambut
kebahagiaan keluarga seperti menyelenggarakan pesta pernikahan, berbagi macam
acara selamatan dalam rangka pertunangan, khitanan, kelahiran anak, dalam
membangun rumah, dalam bidang pertanian seperti menanam serta memanen padi, dan
sebagainya. Tujuan diadakan pertemuan seperti gotong royong ini adalah untuk
memperekat sebuah tali persaudaraan atau rasa kebersamaan atau senasib warga
untuk bisa berkumpul membahas mengenai suatu permasalahan-permasalahan, yang
kemudian dicari solusinya buat meringankan beban seseorang, sekaligus menggali
potensi-potensi yang ada di sekitar desa. Muatandari nilai-nilai persatuan
dalam bergotong royong adalah antara lain perasaan sama dalam kebersamaan dan
senasib antar masyarakat, terdorong oleh sifat kodrat manusia sebagai makhluk
sosial, adanya sebuah kebutuhan ketergantungan antara manusia satu dengan lainnya,
adanya dorongan jiwa sama tinggi dan sama rendah, adanya dorongan untuk
membantu kesusahan orang lain.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian didapatkan temuan yang
dapat dikaitkan dengan kajian teori. Adapun temuan tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Bentuk kegiatan yang mencerminkan
nilai persatuan dalam bergotong royong di masyarakat desa. Sambatan yang masih dilakukan
adalah dalam bentuk rewang. Rewang ini lebih banyak dilakukan di lokasi yang
makin masuk ke pedusunan daripada mereka yang tinggal lebih dekat dengan kota.
Situasi yang memerlukan bantuan pada umumnya lebih banyak memerlukan
ketrampilan tertentuyang lebih banyak ada pada wanita daripada laki-laki.bahwa
karakteristik situasi juga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat
untuk memberikan atau tidak memberikan bantuan. Umumnya bantuan akan diberikan
bila memang orang yang membutuhkan bantuan akan sambatkepada tetangga yang lain
dengan cara mengunjungi satu-per-satu orang yang dimintai bantuan. Kalau
masyarakat tidak diminta untuk membantu disambati cenderung mereka tidak
menawarkan diri untuk membantu. Hal tersebut berkaitan dengan teori yang
dikemukakan Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983:186) bahwa,
dalam mewujudkan pembangunan dan bantuan perlengkapan hidup serta perekonomian
individu atau keluarga peranan gotong royong tidak sedikit terutama dalam
bentuk tolong-menolong. Dengan demikian berarti wujud atau bentuk gotong royong
didasari dengan rasa keikhlasan dalam membantu seseorang tanpa disuruh untuk
membantunya.
2.
Hambatan dalam mempertahankan nilai
persatuan dalam bergotong royong di masyarakat desa. Hambatan dalam kegiatan
gotong royong dalam tradisi sambatan tidak terlepas dari kemajuan zaman
mengingat saat ini orang sudah tidak ada waktu lagi untuk sambatan dan orang
lebih mempercayakan kepada orang-orang yang profesional dan ahli dan seiring
perkembangan jaman dan pengaruh dari globalisasi banyak hambatan yang
menyebabkan tradisi gotong royong atau sambatan semakin luntur di negeri ini
yang kadang dipengaruhi oleh kehidupan kota. Hal tersebut berkaitan dengan
teori yang dikemukakan Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1983:183), hambatan dalam mempertahankan nilai persatuan dalam gotong royong
di masyarakat desa yaitu “suatu bentuk dan sikap hubungan gotong royong akan
dapat menjadi mundur ataupun punah sama sekali sebagai akibat pergeseran
nilai-nilai budayanya.
3.
Usaha yang dilakukan masyarakat desa
dalam mempertahankan nilai persatuan dalam bergotong royong di masyarakat desa.
Warga saling bergaul terhadap yang lainnya, meskipun ada warga baru kita tetap
menyapa, hal ini bertujuan memperarat kita sebagai makhluk sosial, sehingga
jika ada kesusahan mereka mau bantu kita dan perangkat desa mampu menggerakkan
semua warganya meskipun mereka warga baru, kitatetap harus menganggap semuanya
sama tanpa membeda-bedakan. Hal tersebut berkaitan dengan teori yang dikemukakan
menurut Jusuf (2010), “untuk melestarikan budaya sambatan sehingga tidak
hilang, diperlukan upaya dari tokoh masyarakat dan aparat desa untuk selalu
mengingatkan dan mengkomunikasikan nilai luhur yang telah diwariskan ini kepada
warga masyarakat baik warga asli maupun para pendatang. Dengan demikian bahwa
dalam mempertahankan gotong royong atau sambatan sebaiknya warga saling
mendukung dan terlibat dalam suatu kegiatan masyarakat serta memperoleh
kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, dan mewujudkan kesejahteraan warga
sekitar.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian teori dan hasil
penelitian dengan judul gotong royong sebagai implementasi nilai pancasila di
desa Segulung ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Bentuk kegiatan yang mencerminkan
nilai persatuan dalam bergotong royong di masyarakat desa.
1.
Masyarakat desa dalam melaksanakan
kegiatan gotong royong berwujud rewang, dengan menggerakkan tenaga kerja secara
massal atau bersama-sama.
2.
Masyarakat rela berkorban meskipun
panas mereka tetap semangat dalam membantu tetangganya yang sedang kesusahan
baik seseorang itu punya derajat atau pangkat yang tinggi.
3.
Masyarakat dengan sukarela membantu
tetangganya meskipun mereka tidak diberi upah.
4.
Rasa kekerabatan atau rasa
kebersamaan masih kuat yang ada di diri mereka ketika ada tetangganya yang
sedang membutuhkan tenanganya.
·
Hambatan dalam mempertahankan nilai
persatuan dalam bergotong royong di masyarakat desa. Hambatan yang biasa di
alami ketika ada kegitan gotong royong atau sambatan yang ada di desa adalah:
1.
Sebagian besar banyak warga jika
tidak punya pekerjaan misalnya dalam pembangunan
rumah sifatnya hanya menonton kurang mempunyai jiwa membantu terhadap temannya
yang kesusahan.
2.
Banyak warga yang sibuk dengan pekerjaannya
masing-masing.
3.
Banyak warga yang kurang sadar bahwa
setelah dia dibantu belum tentu dia membantu orang yang membantunya sehingga
warga harus sadar diri juga bahwa dia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain lain.
4.
Masyarakat ada yang merasa dirinya
lebih tinggi, sehingga dalam pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh warga
secara sukarela tetapi pemilik rumah lebih percaya kepada ahlinya.
5.
Biasanya ada warga yang tidak mau
menyumbang benda atau sesuatu buat warganya yang membutuhkan, misalnya dalam
pembangunan rumah bagi warga tidak mampu, kadang warga tidak mau menyumbang
bambu buat tetangganya yang kesusahan.
·
Usaha yang dilakukan dalam
mempertahankan nilai persatuan dalam bergotong-royong di masyarakat desa.
1.
Sebaiknya sebelum kegiatan dilaksanakan
masyarakat dikumpulkan terdahulu untuk dimusyawarahkan.
2.
Mungkin masyarakat sekarang lebih
cenderung kesistem upah, sehingga peminat yang berperan dalam gotong royong
sedikit, mungkin usaha yang harus dilakukan dengan menggerakkan masing-masing
ketua RT nya buat menggerakkan anggota-anggotanya masing-masing tiap RT.
SARAN
Dari
hasil penelitian ini penulis berharap kita sebagai masyarakat yang demokrasi tidak melupakan apa yang menjadi
dasar dalam kita bertingkah laku dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dan penulis juga berharap semoga penilitian yang ditulis ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang bertopik masalah
lama serta semoga penelitian berikutnya yang mempunyai bahasan serupa dapat menggunakan
metode penelitian yang berbeda agar ada variasi dalam penyajian data.
Daftar Pustaka
·
P.J. Suwarno. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia.
Yogyakarta: Karisius.
·
Ronto. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi & Dasar
Negara. Jakarta Timur: Balai Pustaka.
·
Tim Mitra Guru. 2007. IPS Sosiologi. ESIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar