Rabu, 06 September 2017

HERBERT SPENCER



Teori Herbert Spencer



Tugas Teori Sosiologi Klasik


Nama kelompok :
1.      Bagas Dadiraka                 (D0315011)
2.      Miatus Sholikhah              (D0315041)
3.      Puput Adistya                   (D0315049)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan lingkungannnya. Sosiologi juga berarti ilmu tentang struktur sosial, proses sosial dan perbahannya mencakup berbagai bidang. Sosiologi klasik sendiri ialah penjelasan alasan fenomen sosial terjadi yang berkaitan dengan periode awal sosiologi muncul. Sehingga kita bisa menemui beberapa istilah  yang terkait dengan sosiologi klasik. Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang sosiologi klasik dan pandangan tentang sosiologi klasik. Agar kita memahami arti sosiologi klasik dan pandangan para ahli dalam sosiologi klasik kami akan membahas salah satu ahli sosiologi yaitu Herbert Spencer (1820-1903) dengan yang membahas teori evolusi.
Tahun 1837 ia mulai bekerja sebagai insinyur sipil jalan kereta api, jabatan yang dipegangnya hingga tahun 1850. Tahun 1853 spencer menerima harta warisan yang memungkinkan ia berhenti bekerja dan manjalani sisa hidupnya sebagai seorang sarja bebas.
Salah satu watak Spencer yang paling menarik yang menjadi penyebab kerusakan intelektualnya adalah kegunaannya membaca buku orang lain. Dalam hal ini ia sama dengan tokoh sosiologi awal Auguste Comte yang juga mengalami gangguan otak. Bila ia tidak pernah membaca karya sarjana lain, lalu dari mana gagasan dan pemaham spencer berasal. Ia mengatakan bahwa gagasan-gagasan yang muncul “ sedikit demi sedikit, secara rendah hati tanpa disengaja atau tanpa kerja keras” (Wiltshire, 1987:66).

1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana biografi herbert Spencer
2. Bagaimana pemikiran Herbert Spencer tentang evolusi
1.3  Manfaat
1. untuk mengetahui biografi herbert spencer
2. Untuk mengetahui pemikiran Herbert Spencer tentang evolusi

                                                                                                                                                                                                                  
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Herbert Spencer (1820-1903)
     Spencer sering kali disamakan dengan Comte dalam hal pengaruh mereka terhadap perkembangan teori sosiologi dan mengangkat popularitas sosiologi pada masa awal, khususnya dikawasan Eropa. Comte menandai kelahirannya di Perancis sedangkan Spencer melakukan hal yang sama di tempat kelahirannya di Inggris. Kedua tokoh ini memberi pengaruh yang akan dirasakan di seluruh dunia seiring perkembangan ilmu sosiologi itu sendiri.
Gagasan utama Spencer dapat dipahami dengan membandingkan teori Comte. Namun ada sejumlah perbedaan penting antara keduanya dalam hal pemikiran. Comte menekankan reformasi sosial dan evolusi masyarakat sebagai sarana menuju masyarakat yang semakin baik, Spencer tidak sepakat dengan hal itu. Ia justru amat menganjurkan teori laissez-faire,  yaitu sebuah konsep dimana negara tidak boleh mencampuri urusan pribadi, kecuali dalam hal yang agak pasif berupa perlindungan terhadap rakyat. Dari pemikiran tersebut, tampak jelas bahwa Spencer tidak tertarik terhadap reformasi sosial. Ia ingin agar kehidupan sosial berkembang dengan sendirinya dan terbebas dari kontrol eksternal.
     Perbedaan ini mengarah pada Spencer yang disebut sebagai seorang Darwinis Sosial atau penganut darwinisme sosial (G. Jones, 1980 ). Ia meyakini bahwa dunia tumbuh semakin baik, sebagaimana pernyataan Comte. Akan tetapi, ia menolak campur tangan eksternal, dunia harus dibiarkan begitu saja, campur tangan pihak luar hanya akan memperburuk situasi ini. Pemikiran itu berbanding terbalik dengan Comte yang mendorong semua upaya ekternal dilakukan demi perbaikan kehidupan sosial. Spencer lebih yakin bahwa masyarakat dan institusi sosial dapat berkembang dengan sendirinya sekaligus beradaptasi terhadap lingkungan. Seperti halnya binatang dan tumbuhan, secara progresif dan positif berdaptasi dengan lingkungan sosial. Mereka selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, Spencer menganggap proses ini tidak bisa dicampuri oleh siapapun. Ia menganjurkan untuk membiarkan masyarakat dan kehidupan didalamnya memperbaiki diri sendiri.  Ia juga menerima pandangan Darwini bahwa proses seleksi alam, “hidup bagi yang terkuat” (survival of the fittest), terjadi di dunia social, (Patut dicatat kalau Spencer menyebut istilah “hidup bagi yang terkuat” ini beberapa tahun sebelum karya Charles Darwin tentang seleksi alam diterbitkan). Jadi, jika tidak dihambat oleh intervensi eksternal, orang yang “kuat” akan bertahan hidup dan berkembangbiak, sementara “orang lemah” pada akhirnya akan punah. Perbedaan lain adalah bahwa Spencer menekankan individu, sementara itu Comte memfokuskan perhatiannya pada unit-unit yang lebih besar, seperti keluarga.
Comte dan Spencer memliliki persamaan dengan Durkheim dan lainnya. Dalam hal komitmen, pada ilmu pengetahuan sosiologi (hanya Haines, 1992), yang merupakan prespektif yang amat menarik bagi para teoritisi awal. Pengaruh lain karya Spencer bersama dengan Comte dan Durkheim, adalah kecenderungan untuk melihat masyarakat sebagai oraganisme. Dalam pandangan ini, Spencer meminjam prespektif dan konsepnya dari biologi. Ia memberikan perhatian pada seluruh struktur masyarakat, kesalingterkaitan antar bagian-bagian masyarakat, dengan fungsi bagian-bagian tersebut bagi satu sama lain maupun bagi sistem secara keseluruhan.
Hal yang paling penting adalah bahwa Spencer dan Comte memiliki konsep evolutif tentang perkembangan historis. Namun, Spencer bersikap kritis terhadap teori evolusi Comte karena beberapa alasan. Secara spesifik ia menolak hukum tiga tahap yang dikemukakan Comte. Ia menganggap Comte terlalu cepat puas dengan menggunakan evolusi pada ranah gagasan, menurut perkembangan intelektual. Namun, Spencer berusaha mengembangkan teori evolusi di dunia nyata yaitu dunia materi.

B.     Profil singkat
Herbert Spencer lahir di daerah Derbyshire, Midland, Inggris pada 27 April 1820. Diusianya yang baru 17 tahun, Spencer telah diangkat sebagai insinyur pembangunan jalan kereta api di London. Selanjutnya pada tahun 1848, ia memasuki sebuah dunia baru, yakni menjadi penulis dan redaktur The Economist. Dari sinilah cikal bakal intelektualnya mulai mengental. Herbert Spencer juga pernah bekerja dibidang pemerintahan, salah satunya sebagai mediator. Herbert Spencer meninggal dunia pada usia 83 tahun, tepatnya pada 8 Desember 1903.
Selama hidupnya Herbert Spencer melahirkan banyak karya ilmiah. Karya pertamanya berjudul Social Statistics diselesaikan pada usia 30 tahun. Di dalam buku itu ia membahas filsafat politik serta menyinggung persoalan evolusi sosial. Konsep evolusi sosial diuraikan sebagai serangkaian perubahan sosial di masyarakat yang berlangsung lama, yakni berawal dari kelompok suku atau masyarakat yang masih sederhana dan homogen, lalu secara bertahap berkembang hingga pada akhirnya menjadi masyarakat modern yang kompleks dan heterogen.
Melalui buku itu pula Spencer memperkenalkan konsep survival of the fittest atau pihak yang kuat pasti akan menang. Spencer mengemukakan konsep itu sembilan tahun sebelum Charles Darwin menerbitakan bukunya revolusioner. Selama mengerjakan karyanya tersebut, Spencer menderita insomnia. Gangguan itu ia rasakan sampai meninggal dunia.  Adapun karya yang membuatnya diperhitungkan dalam ranah sosiologi klasik adalah Principles Of Sociology yang terbit pada tahun 1877. Dalam buku tersebut ia menjelaskan materi sosiologi secara detail dan sistematis, khususnya objek kajian seperti keluarga, politik agama, pengendalian sosial, serta industri. Selain itu, Spencer mendorong para sosiolog agar memperhatikan asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, lapisan sosial, ilmu prngetahuan serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Pada tahun 1853, Spencer menerima sejumlah warisan dari orang tuanya. Kondisi terseut ia manfaatkan untuk berhenti dari pekerjaannya guna menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang ilmuwan. Ia memang tidak mempunyai ijazah universitas atau menduduki posisi akademik. Namun, sejalan dengan kehidupannya yang semakin terisolasi dan terasing setelah melepas pekerjaannya, semangat intelektual Spencer semakin menjadi.
Salah satu ciri khas Spencer adalah keengganannya membaca buku atau hasil karya orang lain. Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan menuliskan pikirannya sendiri. Oleh karena itu, sangat wajar apabila Spencer dikritik karena kerap kurang teliti ketika membahas suatu persoalan. Selain malas membaca yang dianggap hanya akan merusak pemikirannya sendiri, ia juga kerap tidak komprehensif dalam melakukan penelitian.
     Pengabaian Spencer terhadap aturan keilmuwan membawanya ke serangkaian gagasan yang sarat kebencian dan pernyataan yang tidak berdasar tentang evolusi dunia. Oleh karena itu, para sosiolog di abad ke 20 mulai bersifat kritis. Mereka tidak ragu mencampakkan karya Spencer dan menggantinya dengan ilmuwan lain yang mengkaji sosiolog dengan lebih saksama.

C.    Teori evolusi
Menurut Spencer, masyarakat adalah sebuah organisme. Dalam pandangan ini ia meminjam istilah dari ilmu biologi. Ia memberikan perhatian pada keseluruhan masyarakat, yakni hubungan saling keterkaitan antara bagian-bagian masyarakat.
Evolusi sendiri adalah rangakaian perubahan kecil, perlahan serta bersifat kumulatif yang terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu yang lama. Evolusi dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang terjadi karena usaha untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan, keadaan serta kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. perubahan ini tidak harus sejalan dengan rentetan peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Spencer sependapat dengan pandangan Comte tentang teori evolusi. Baginya evolusi adalah konsep dasar dari seluruh proses, baik fisik maupun sosial. Namun, ia juga mengkritik Comte mengenai hukum tiga tahapnya. Menurut Spencer, Comte terlalu cepat puas dengan hanya menggunakan evolusi dalam gagasan dan tahap intelektual. Comte dipandang Spencer belum menerapkan evolusi dalam ranah riil (kenyataan sosial).
Ada dua prespektif utama tentang evolusi dalam karya Spencer (Haines, 1988; Perrin,1976). Perspektif pertama terutama terkait dengan meningkatnya ukuran masyarakat. Masyarakat tumbuh karena berkembangnya jumlah individu dan menyatunya kelompok (perkumpulan). Peningkatan ukuran masyarakat membawa serta struktur sosial yang lebih besar dan lebih terdiferenasiasi, sekaligus peningkatan diferesiasi fungsi yang mainkannya. Selain pertumbuhan ukuran, masyarakat berevolusi melalui perkumpulan yaitu dengan menyatukan lebih banyak lagi kelompok yang sebelumnya telah berpadu. Jadi, Spencer berbicara tentang gerakan evolusi dari masyarakat sederhana menuju masyarakat perkumpulan ganda , dan masyarakat perkumpulan triple.
Spencer juga  menawarkan teori evolusi dari masyarakat millitan menuju masyarakat industri. Sebelumnya, struktur masyarakat militan dianggap hanya bertujuan perang dalam rangka bertahan dan menyerang. Tetapi, Spencer bersikap kritis terhadap perang, ia merasa bahwa pada tahap awal perang berfungsi menyatukan masyarakat (misalnya, melalui penaklukan militer) dan menyediakan lebih banyak jumlah orang yang diperlukan bagi perkembangan masyarakat industri. Namun, dengan kemunculan masyarakat industri perang semakin tidak fungsional dan justru menghambat evolusi lebih lanjut. Masyarakat industri didasarkan pada persahabatan, altruisme, spesialisasi kompleks, pengakuan atas prestasi daripada karakteristik yang dibawa sejak lahir, dan kerja sama sukarela antar individu yang sangat disiplin. Masyarakat semacam itu dipersatukan oleh hubungan kontraktual sukarela dan lebih penting lagi oleh kuatnya persamaan moralitas. Peran pemerintah dibatasi dan difokuskan pada hal-hal yang tidak boleh dilakukan orang biasa, misalnya penegak hukum. Jelas, masyarakat industri modern kurang menyukai bila dibandingkan dengan masyarakat militan pendahulunya. Meskipun Spencer melihat adanya evolusi umum yang bergerak kearah masyarakat industri, ia pun mengakui bahwa mungkin akan terjadi regresi periodik yang mengarah pada peperangan dan masyarakat militan. Artinya, sekalipun masyarakat terus berevolusi menuju masyarakat industri, hal itu bukan jaminan bahwa perang tidak akan terjadi.
Spencer menawarkan rangkaian gagasan yang begitu rumit tentang evolusi masyarakat. Semula gagasan gagasan menuai sukses, tapi setelah itu diabaikan selama bertahun-tahun, dan akhir-akhir ini kembali seiring lahirnya teori sosiologi neorevolusioner (Buttel,1990).
Giddngs (1890) merangkum inti sari pemikiran Spencer yang komplek seperti dijelaskan berikut ini:
1.      Masyarakat adalah organisme atau super ornagis yang hidup secara berpencar.
2.      Terdapat suatu kekuatan yang menyeimbnagkan antara satu kelompok sosial dengan kelompok lain.
3.      Keseimbangan itu adalah perjuangan untuk terbebas dari kesulitan dan keadaan yang buruk demi menjaga eksistensi mereka diantara warga masyarakat. Oleh karena itu, konflik diantara masyarakat dalam rangka mempertahankan eksistensi ini merupakan hal yang lazim.
4.      Didalam perjuangan ini kemudian timbul rasa takut dalam hidup bersama serta menghadapi kamatian. Perasaan takut mati merupakan pangkal kontrol oleh agama.
5.      Kabiasaan konflik kemudian diorganisasi dan dipimpin oleh kontrol  politik dan kekuasaan menjadi militerisme.
6.      Militerisme menggabungkan kelompok sosial yang kecil menjadi besar. Kelompok tersebut memerlukan integrasi sosial.
7.      Kebiasaan berdamai dan rasa gotong royong membentuk sifat, tingkah laku, serta organisasi sosial yang suka pada hidup tentram dan penuh rasa setia kawan.
8.      Dalam masyarakat yang hidup damai, kekuatannya akan berkurang, tetapi rasa spontanitas serta inisiatif semakin bertambah. Organisasi sosial menjadi semacam bungkus sedangkan anggota masyarakat dapat secara leluasa dapat berpndah tempat. Mereka merubah hubungan sosial tanpa merusak kohesi yang ada.
9.      Semangat kerja keras bergantug pada luasnya tenaga antara suatu kelompok masyarakat dengan komunitas tetangganya. Akhirnya semangat kerja keras yang disertai dengan penh kedamaian tidak dapat dicapai sampai titik keseimbangan bangsa-bangsa serta ras-ras yang ada tercapai terdahulu.
10.  Didalam masyarakat, seperti pada kelompok masyarakat tertentu, luasnya perbedan serta jumlah kompleksitas serta segenap proses evolusi bergantung pada nilai proses integrasi, semakin lambat nilai integrasinya, maka kian lengkap dan memuaskan jalan evolusi itu.
Spencer menjelaskan bahwa objek pokok studi sosiologi adalah agama, keluarga, politik, pengendalian sosial, serta industri. Spencer juga mengkaji masalah asosiasi masyarakat setempat, pembagian kerja, lapisan sosial, sosiologi pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Ia mengingatkan bahwa studi sosiologi juga menjelaskan hubungan timbal balik antara unsur-unsur di dalam masyarakat yang tetap dan harmonis serta merupakan suatu integrasi. Oleh karena itu, Spencer mengajukan pendapat bahwa sosiologi adalah psikologi ynag dipraktikkan serta berwujud etika dan peradaban yang terdapat dalam masyarakat.
Jika Comte manganggap penting peranan masyarakat dan faktor di luar masyarakat seerti pemerintahan, Spencer justru sebaliknya. Ia lebih mementingkan individu dalam masyarakat dan meremehkan peran di luar itu semua. Bagi Spencer, individu adalah unit terkecil yang sangat menentukan terhadap maju tidaknya suatu masyarakat.
Jadi sosiologi menurut Spencer adalah studi tentang tingkah laku, sikap dan pemikiran individu yang terwujud dalam tindakan kolektif, alih-alih mempelajari masyarakat secara keseluruhan. Setiap pribadi mempunyai kedudukan dominan dalam struktur masyarakat. Spencer menekankan bahwa dasar struktur sosial, meskipun masyarakat dapat dianalisis pada ingkat struktural. Struktur sosial suatu masyarakat dibangun dengan tujuan memungkinkan anggotnya memenuhi berbagai keperluan. Oleh karena itu banyak ahli bahwa Spencer bersifat individualis.
Dalam tulisan-tulisannya tentang sosioal politik dan etika, Spencer menawarkan gagasan lain tentang evolusi masyarakat. Diantara alasan mengapa dia melakukan hal ini adalah karena dia memandang masyarakat sedang bergerak menuju suatu kedaan moral yang ideal dan sempurna. Sedangkan alasan lainya adalah dia mengnggap bahwa masyarakat yang paling kuatlah yang dapat bertahan, sementara masyarakat yang kalah dalam seleksi akan sirna dengan sendirinya. Hasil dari proses ini adalah perbaikan kemampuan adaptasi dunia secara keseluruhan. Dengan kata lain dunia hanya akan diisi oleh mereka yang memiliki kemampuan lebih daripada pihak lain. Melalui cara ini pula dunia ini akan terus berevolusi menuju kemajuan. Dimasa lalu suatu masyarakat yang bisa membaca dan menulis sudah dianggap unggul. Namun, dimasa kini dan yang akan datang kemampuan baca tulis tidak ada artinya dibanding mereka yang ahli di berbagai bidang kehidupan.
Spencer menawarkan rangkaian gagasan yang begitu komplek tentang revolusi masyarakat. Akan tetapi, tidak satupun dari gagsan itu yang didasarka pada fakta lapangan atau penelitian langsung. Hal ini dapat dimaklumi karena sebagaimana Comte iklim intelektualnya masih dipengaruhi oleh filsafat. Pada awalnya gagasan Spencer memang terbilang sukses. Namun seriring berjalannya waktu, lambat laun gagasannnya mulai diabaikan.
Sebagaimana ilmuwan zaman klasik lainnya, pemikiran Spencer tidsk hsnys fokus pada sosiologi semata. Ia juga menekuni beberapa bidang lain, terutama politik, agama dan filsafat. Namun demikian, Spencer tetap layak disebut sebagai salah satu perintis studi sosiologi, khususnya di Inggris. Bahkan ia disebut sebagi tokoh pendiri ssosiologi kedua setelah Aguste Comte.

D.    Reaksi Spencer di Inggris
Di tengah tengah penekanan yang ia berikan terhadap individu, Spencer lebih dikenal karena teroti skala besar evolusi sosial. Dalam teori ini, ia berlawanan dengan sosioligi yang mendahuluinya di inggris. Namun, reaksi terhadap Spencer lebih didasakna pada ancaman bahwa gagasan hidup bagi yang terkuat terhadap ameliorisme begitu menakutkan bagi kebanyakan soiolog inggris awal. Meskipun kemudian Spencer menyakngkal  sejumlah gagasannya yang lebih kasar, ia mndukung argumen filsafat hidup bagi yang terkuat dan mennentang intervensi pemeribntah dan reformasin sosial:
“ memberi sumbangan pada orang malas dengan mengorbankan orang orang baik, adalah kekejian luar biasa. Ini jelas upaya sengaja yang menggiring kearah nestapa bagi generasi yang akan datang. Tidak ada kejhatan yang lebih keji terhadap generasi yanga kian datang selain memberi memberi mereka lebih banyak orang bodoh, pemalas, da penjahat... segaja upaya alamiah dilakukan untuk menghapuskan itu semua, membersihkan dunia mereka, dan membangun ruang yang demi kebaikan... jika tidak cukup mampu bertahan hidup, mereka mati, dan mereka lebih baik mati.
(Spencer, dikutip  dalam Abrams, 1968;74)































BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Herbert Spencer dipandang beraliran politik liberal dan tetap memelihara liberalisme di sepanjang hidup, Spencer tidak setuju dengan teori Comte yang lebih  menekan reformasi sosial dan evolusi masyarakat sebagai sarana menuju masyarakat yang semakin baik, Spencer lebih menganjurkan teori laissez-faire,  yaitu sebuah konsep dimana negara tidak boleh mencampuri urusan pribadi, kecuali dalam hal yang agak pasif berupa perlindungan terhadap rakyat. Dari pemikiran tersebut, tampak jelas bahwa Spencer tidak tertarik terhadap reformasi sosial. Ia ingin agar kehidupan sosial berkembang dengan sendirinya dan terbebas dari kontrol eksternal.
Spencer lebih yakin bahwa masyarakat dan institusi sosial dapat berkembang dengan sendirinya sekaligus beradaptasi terhadap lingkungan. Seperti halnya binatang dan tumbuhan, secara progresif dan positif berdaptasi dengan lingkungan sosial. Mereka selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, Spencer menganggap proses ini tidak bisa dicampuri oleh siapapun. Ia menganjurkan untuk membiarkan masyarakat dan kehidupan didalamnya memperbaiki diri sendiri.  Ia juga menerima pandangan Darwini bahwa proses seleksi alam, “hidup bagi yang terkuat” (survival of the fittest), terjadi di dunia social, (Patut dicatat kalau Spencer menyebut istilah “hidup bagi yang terkuat” ini beberapa tahun sebelum karya Charles Darwin tentang seleksi alam diterbitkan). Jadi, jika tidak dihambat oleh intervensi eksternal, orang yang “kuat” akan bertahan hidup dan berkembangbiak, sementara “orang lemah” pada akhirnya akan punah.
Spencer dan Comte memiliki konsep evolutif tentang perkembangan historis. Namun, Spencer bersikap kritis terhadap teori evolusi Comte karena beberapa alasan. Secara spesifik ia menolak hukum tiga tahap yang dikemukakan Comte. Ia menganggap Comte terlalu cepat puas dengan menggunakan evolusi pada ranah gagasan, menurut perkembangan intelektual. Namun, Spencer berusaha mengembangkan teori evolusi di dunia nyata yaitu dunia materi.




Daftar Pustaka
·        Arisandi, Herman.2015. Buku Pintar Pemikiran Tokoh Sosiologi Dari Klasik sampai Modern. Yogyakarta: IRCiSoD
·        Ritzer, George dan Goodman, Douglas J.2008. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana
·        Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar