Rabu, 06 September 2017

GENDER



Kesejahteraan Pedagang sebagai Sarana Pemberdayaan Perempuan di Pasar Gede

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Gender







Dosen pengampu :
Siti Zunariyah S.Sos, M.Si

Disusun oleh :
Ichwan Pradana Setiaji           (D0315031)
Puput Adistya Pratiwi                        (D0315049)
Winda Tri Utami                     (D0315063)



PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah analisis gender dengan penelitian menggunakan analisis Longwee yang berjudul “Kesejahteraan Pedagang sebagai Sarana Pemberdayaan Perempuan di Pasar Gede”  ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap laporan penelitian ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai arti pentingnya pemberdayaan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan hasil penelitian sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan ini di waktu yang akan datang.

Surakarta,   November 2016

Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masalah-masalah tentang gender merupakan suatu hal yang menarik untuk dibahas. Adanya ketimpangan atau ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan didalam pembangunan maupun didalam kehidupan sehari-hari perlu dianalisis. Analisis gender memfokuskan perhatiannya pada relasi sosial antara laki-laki dan perempuan, terutama pada ketidakadilan struktur dan sistem yang disebabkan oleh gender. Ketidakadilan tersebut dapat berupa marginalisasi atau pemiskinan, subordinasi atau penomorduaan, stereotip, beban ganda dan kekerasan.
Subordinasi pada perempuan, berdampak pula pada proses pemberdayaan yang seakan–akan hanya memprioritaskan laki–laki untuk aktif dalam program pemberdayaan di berbagai sektor. Perempuan hanyalah kelompok yang hanya menerima hasil dari pemberdayaan yang dilakukan oleh kaum laki–laki.Kondisi seperti ini bukanlah kondisi yang ideal untuk mewujudkan program pembangunan yang optimal.Karena pada dasarnya perempuan pun mempunyai banyak potensi yang perlu dikembangkan.
Tugas utama analisis gender adalah memberi makna, konsep, asumsi, dan ideologi pada praktek hubungan baru antara kaum laki-laki dan perempuan, serta implikasinya terhadap kehidupan sosial yang lebih luas (mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, dan kultural), yang tidak dilihat oleh teori ataupun oleh analisis sosial lainnya.Kegunaan analisis gender adalah memberi dasar dalam melakukan transformasi sosial untuk mewujudkan tata kehidupan baru yang lebih baik, melalui relasi sosial baru yang lebih adil. Selain itu juga memiliki manfaat praktis untuk menyusun dan menetapkan kebijakan atas program yang responsive gender sesuai situasi dan kondisi yang sebenarnya.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis isu-isu tentang gender salah satunya yaitu tekhnik analisis Longwe. Kerangka Longwe berfokus langsung pada penciptaan situasi atau pengkondisian di mana masalah kesenjangan, diskriminasi dan subordinasi diselesaikan.Menurut Sara Longwe, isu-isu perempuan adalah mengenai persamaan dengan laki-laki dalam setiap peran sosial dan ekonomi, dan mencakup setiap tingkat persamaan (kesejahteraan, akses, kesadaran, partisipasi, kontrol).
Bercermin pada permasalahan diatas muncullah istilah pemberdayaan perempuan sebagai jawaban dari permasalahan subordinasi perempuan dalam pembangunan.Kaum perempuan merupakan sumber daya manusia yang juga harus dikembangkan potensinya untuk mendukung program pembangunan berkelanjutan.Termasuk didalamnya pemberdayaan kaum pedagang di pasar gedhe Surakarta yang mayoritas pedagangnya adalah kaum perempuan.

B.     Permasalahan
Pemberdayaan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan sosial atau ekonomi, dimulai dari tingkat yang paling rendah: kesejahteraan, akses, kesadaran, partisipasi, kontrolyang bersifat hierarkis ini akan diteliti pada pedagang di pasar Gede Surakarta. Apakah telah terjadi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan baik pada tingkat kesejahteraan maupun sampai pada tingkat kontrol.

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan (equality) antara laki-laki dan perempuan diantara pedagang dan pekerja di pasar Gede Surakarta dalam berbagai bidang kehidupan dengan menggunakan tekhnik analisis Longwe yaitu dengan melihat kesejahteraan, akses, kesadaran, partisipasi, kontrol yang bersifat hierarkis.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Setting Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di pasar Gede Solo yang dilaksanakan pada hari Jumat 26 Novemvber 2016 mulai pukul 10.00-11.30 WIB.
B.     Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk deskriptif kualitatif dengan teknik Observasi dan wawancara. Dimana observasi adalah berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap gejala yang diteliti. Penelitian kualitatif sendiri adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi ojek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci.
C.    Sumber Data
Dalam setiap penelitian diperlukan kemampuan memilih metode pengumpulan data yang relevan. Data merupakan fakta penting dalam penelitian. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
a.       Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melaui wawancara dan pengamatan langsung.
b.      Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara membaca dan mempelajari melalui media lain. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku yang berhubungan dengan tema penelitian.
D.    Teknik Pengumpulan Data
a.       Metode wawancara
Dengan menggunakan teknik wawancara terstruktur, artinya wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Pertanyaan yang sama diajukan kepada semua reponden dalam kalimat dan responden yang seragam.
b.      Metode dokumentasi
Peneliti menggunakan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencari dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian. Disini peneliti mengambil dokumen dengan cara mengambil gambar pada saat penelitian.
c.       Studi Pustaka
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menelusuri buku-buku yang berhubungan dengan tema penelitian ini.
E.     Populasi
Populasi adalah keseluruhan ojek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang yang ada di  pasar Gede Solo.
F.     Teknik Sampling
Dalam penelitian ini pemilihan informan menggunakan teknik random sampling. Random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili dari populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang dan kuli gendong di pasar Gede.



 
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Profil Responden
Responden 1:
Ibu Suparti berasal dari Pedan Klaten, mempunyai anak 6.Pekerjaanya sebagai pedagang sayuran di pasar Gedeyang sudah 40 tahun.Suaminya telah meninggal 25 tahun yang lalu. Sehingga ibu Suparti menjadi kepala keluarga dengan 6 anak yang sekarang sudah bekerja.
Responden 2:
Bapak Tuki berasal dari Klaten.Ia bekerja sebagai kuli gendong di Pasar Gede. Istrinya  adalah ibu rumah tangga, bapak Tuki mempunyai 4 orang anak, 2 anak masih sekolah dan 2 lainnya sudah bekerja.
Responden 3:
Dirahasiakan (NN)

B.     Pembahasan Materi
            Berdasarkan Tekhnik analisis Longwe analsis ini menekankan pada pemberdayaan perempuan dengan lima kriteria analisis yang meliputi: kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi, dan kontrol. Sehingga dapat menginterprestasikan pemberdayaan perempuan sebagai suatu proses yang penting dan bagian integral dari proses pemberdayaan serta untuk mencapai pemerataan gender dalam lima butir tersebut.
1.      Kesejahteraan
Merupakan tingkat kesejahteraan material yang diukur dari tercukupinya kebutuhan dasar seperti, makanan, status ekonomi (penghasilan), perumahan, tingkat kesehatan, dan tercukupinya kebutuhan yang harus dinikmati perempuan dan laki-laki. Dengan demikian tingkat kesenjangan gender pada dimensi ini, diukur melalui perbedaan tingkat kesejahteraan perempuan dan laki-laki sebagai kelompok untuk masing-masing kebutuhan dasarnya.

Responden 1 :Tingkat ekonominya cukup. Tingkat pendidikan anaknya juga baik, anak-anaknya sudah lulus SMK/sederajat dan sekarang sudah bekerja.Tingkat kesehatan keluarganya juga baik.Dan karena semua anaknya sudah bekerja beban yang ditanggung juga berkurang.
Responden 2 :Tingkat ekonominya cukup. Tingkat kesehatan juga baik.Tingkat pendidikan anaknya juga baik yaitu SMA/sederajat.Sekarang 2 anaknya telah bekerja jadi beban ekonomi yang ditanggung berkurang meskipun hanya bapak Tuki yang bekerja dan istrinya dirumah sebagai ibu rumah tangga, tapi Bapak Tuki merasa ekonomi keluarganya cukup.
Responden 3: Tingkat ekonominya baik. Tingkat kesehatan dan pendidikannya juga baik.Suaminya bekerja ditempat lain (dirahasiakan).Dia memiliki pembantu rumah tangga untuk membantu pekerjaan rumahnya.
Jadi, untuk tingkat kesejahteraan responden yang kami teliti mereka memiliki tingkat ekonomi yang cukup baik.

2.      Akses
Kesenjangan gender pada dimensi ini, terlihat dari adanya perbedaan akses antara laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya. Lebih rendahnya akses mereka terhadap sumberdaya menyebabkan produktivitas perempuan cenderung lebih rendah dari laki-laki. Di banyak komunitas, perempuan diberi tanggung jawab melaksanakan hampir seluruh pekerjaan domestik sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk mengurusi dan meningkatkan kemampuan dirinya. Dimensi ini terfokus pada perbedaan akses laki-laki dan perempuan dari konstruksi masyarakat.

Responden 1 :Kerjasama dan kerukunan tiap pedangang dipasar baik. Tidak ada persaingan antar pedagang.Para pedagang saling membantu. Baik laki-laki atau perempuan sama saja. Tidak ada pandangan miring entah itu pedagang perempuan ataupun laki-laki.Jadi setiap pedagang saling menghargai.Dalam pengurusan ijin untuk berjualan juga sudah mudah, hanya mengurus persetujuan serta sertifikat lalu ditanda tangani oleh kepala pasar.
Responden 2 :Kerjasama antar pedagang, kuli dan juga pengurus pasar baik. Sering diadakan acara-acara di dalam Pasar.Persaingan antar kulipun jika mereka 1 bos tidak ada.Kerjasama antar kuli sangat antusias satu sama lain.
Responden 3: Kerjasama dan kerukunan tiap pedangang dipasar baik. Tidak ada persaingan antar pedagang.Para pedagang saling membantu. Baik laki-laki atau perempuan sama saja. Tidak ada pandangan miring entah itu pedagang perempuan ataupun laki-laki.Jadi setiap pedagang saling menghargai.Dalam pengurusan ijin untuk berjualan juga sudah mudah, hanya mengurus persetujuan serta sertifikat lalu ditanda tangani oleh kepala pasar.
Jadi, perempuan memiliki akses untuk bekerja di pasar. Tidak ada pandangan negatif ketika perempuan bekerja dipasar.Bahkan mayoritas pedagang yang ada di pasarpun adalah perempuan.

3.      Kesadaran kritis
Kesenjangan gender pada dimensi ini, terutama disebabkan adanya anggapan bahwa posisi sosial ekonomi perempuan lebih rendah dari laki-laki; dimana pembagian kerja tradisional adalah bagian dari tatanan abadi tersebut. Pemberdayaan di tingkat ini berarti menumbuhkan sikap kritis dan penolakan terhadap cara pandang tsb; bahwa subordinasi terhadap perempuan bukanlah pengaturan alamiah, tetapi hasil diskriminatif dari tatanan sosial yang berlaku. Keyakinan bahwa kesetaraan gender adalah bagian dari tujuan perubahan merupakan inti dari kesadaran gender dan merupakan elemen ideologis dari proses pemberdayaan. Sehingga dimensi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran perempuan bahwa mereka dapat bekerja di public dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Responden 1 :Motivasi untuk bekerja di Pasar adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.Dia berasal dari klaten dan berjualan di pasar Gede karena ikut suaminya dulu.sehingga dia membeli tempat dan berjualan di pasar gede. Setelah ia ditinggalkan oleh suaminya dan harus menjadi kepala keluarga untuk menghidupi ke 6 anaknya.
Responden 2: Responden kedua ini bekerja dipasar gede karena untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Apalagi dia adalah kepala keluarga dan istrinya tidak bekerja.Dan mereka menghidupi 4 orang anak walaupun 2 anaknya sudah bekerja.
Responden 3 :Responden mengatakan bahwa dirinya berdagang dipasar untuk membantu ekonomi keluarganya. Disini menunjukkan sudah terbangun sebuah kesadaran bahwa pekerjaan disektor publik bisa dilakukan oleh perempuan.
Kesadaran kritis para pedangang di pasar dan juga kuli gendong tersebut sudah terbangun.Mereka bekerja untk memenuhi kebutuhan hidupnya.Para perempuan tidak lagi hanya bekerja untuk mengurusi urusan rumah tangga atau domestik tapi juga sudah bekerja di Publik.

4.      Partisipasi
Partisipasi aktif perempuan diartikan bahwa pemerataaan partisipasi perempuan dalam proses penetapan keputusan berupa partisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan administrasi. Partisipasi berarti, keterlibatan atau keikutsertaan aktif sejak dalam tahap penetapan kebutuhan, formulasi proyek, implementasi, monitoring dan evaluasi. Dalam hal ini perempuan sudah ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat dan pembuatan kebijakan.
Responden 1: Banyak acara yang diselenggrakan di Pasar. Para penjual pun juga ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.Ada pula rapat untuk membahas kelancaran kegiatan di pasar.Usulan pedangan juga diterima oleh pihak pengurus pasar. Dan tidak membedakan usulan dari perempuan atau laki-laki
Responden 2: Dalam rapat dihadiri oleh perwakilan dan berhak mengusulkan pendapatnya. Entah itu laki-laki atau perempuan bisa berpendapat.
Responden 3: Setiap ada peringatan hari-hari besar di pasar gede sering diadakan kegiatan seperti lomba, dalam kegiatan tersebut laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. 
Partisipasi pedagang dalam kegiatan di pasar sudah baik.Kebebasan berpendapat dimiliki setiap anggota di pasar.Mereka berhak mengusulkan suatu hal.Dan tidak membeda-bedakan laki-laki dan perempuan.

5.      Kontrol
Kesenjangan gender pada dimensi ini, terlihat dari adanya hubungan kuasa/kontrol yang timpang antara laki-laki dan perempuan (baik di tingkat RT, komunitas dan tingkatan yang lebih luas lagi). Kesetaraan dalam kuasa/kontrol berarti adanya kuasa/kontrol yang seimbang antara laki-laki dan perempuan, dimana satu pihak tidak mendominasi pihak lainnya.Diharapkan laki-laki dan perempuan itu setara sehingga diperlukan toleransi antar sesama.

Responden 1: Baik laki-laki atau perempuan sama saja. Para pedangang dipasar tidak membedakan laki-laki dan juga perempuan. Mereka bekerja sama dan rukun satu sama lain.
Responden 2: Kerjasama dipasar baik dan juga kompak. Setiap pekerja baik laki-laki maupun perempuan semua terikat oleh aturan yang telah disepakati bersama.
Responden 3: Semua pedagang memiliki kuasa yang sama atas pasar. Para pedagang saling membantu satu sama lain.
Laki-laki dan perempuan di dalam pasar gede itu setara. Tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain. Mereka rukun dan saling toleransi antar pedagang.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesenjangan antara laki-laki dan perempuan diantara pedagang dan pekerja di pasar gede dianalisis dengan menggunakan analisis gender Longwe menunjukkan sudah terjadi sebuah persamaan atau kesetaraan. Dilihat dari indikator kesejahteraan, terlihat para pedagang perempuan sudah terpenuhi kebutuhannya dan meningkat status ekonominya dalam hal ini penghasilannya, dan tidak kalah dengan pedagang laki-laki.Dilihat dari dimensi akses, pedagang perempuan di pasar gede sudah memiliki akses kedalam berbagai hal di pasar tanpa dibedakan dengan kaum laki-laki, misalnya akses untuk memiliki kios dan berdagang di pasar tidak ada pembedaan antara pedagang laki-laki dan perempuan.
Dilihat dari indikator kesadaran, pedagang perempuan di pasar gede sudah memiliki kesadaran bahwa bekerja di sektor publik seperti berdagang bahkan menjadi kuli pasar pun dapat dilakukan oleh kaum perempuan juga tidak hanya laki-laki. Dilihat dari dimensi partisipasi, perempuan dan laki-laki sama-sama berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan-kegiatan pasar. Setiap pedagang baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama dalam menentukan kebijakan atau aturan-aturan di pasar. Terakhir dilihat dari indikator kontrol, setiap pedagang memiliki kontrol yang sama didalam pasar. Tidak ada dominasi pedagang laki-laki terhadap kaum perempuan. Bahkan jumlah pedagang perempuan menurut pengamatan, lebih banyak dibandingkan jumlah pedagang laki-laki.

B.     Saran
Dari uraian diatas penulis menyarankan agar program-program atau kegiatan yang telah dilaksanakan di pasar Gede yang diikuti oleh seluruh warga pasar dapat terus dilanjutkan dan menyarankan kepada pengelola pasar agar dalam membuat aturan atau kebijakan harus responsif terhadap gender.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar