Teori Herbert Spencer
![]() |
Tugas Teori Sosiologi Klasik
Nama kelompok :
1.
Bagas Dadiraka (D0315011)
2.
Miatus Sholikhah (D0315041)
3.
Puput Adistya (D0315049)
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan
lingkungannnya. Sosiologi juga berarti ilmu tentang struktur sosial, proses
sosial dan perbahannya mencakup berbagai bidang. Sosiologi klasik sendiri ialah penjelasan alasan fenomen
sosial terjadi yang berkaitan dengan periode awal sosiologi muncul. Sehingga
kita bisa menemui beberapa istilah yang
terkait dengan sosiologi klasik. Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya
tentang sosiologi klasik dan pandangan tentang sosiologi klasik. Agar kita
memahami arti sosiologi klasik dan pandangan para ahli dalam sosiologi klasik
kami akan membahas salah satu ahli sosiologi yaitu Herbert Spencer (1820-1903)
dengan yang membahas teori evolusi.
Tahun 1837 ia mulai bekerja
sebagai insinyur sipil jalan kereta api, jabatan yang
dipegangnya hingga tahun 1850. Tahun 1853 spencer menerima harta warisan yang
memungkinkan ia berhenti bekerja dan manjalani sisa hidupnya sebagai seorang
sarja bebas.
Salah satu watak Spencer yang paling menarik yang
menjadi penyebab kerusakan intelektualnya adalah kegunaannya membaca buku orang
lain. Dalam hal ini ia sama dengan tokoh sosiologi awal Auguste Comte yang juga
mengalami gangguan otak. Bila ia tidak pernah membaca karya sarjana lain, lalu
dari mana gagasan dan pemaham spencer berasal. Ia mengatakan bahwa
gagasan-gagasan yang muncul “ sedikit demi sedikit, secara rendah hati tanpa
disengaja atau tanpa kerja keras” (Wiltshire, 1987:66).
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana biografi herbert Spencer
2. Bagaimana pemikiran Herbert Spencer tentang evolusi
1.3 Manfaat
1. untuk mengetahui biografi herbert spencer
2. Untuk mengetahui pemikiran Herbert Spencer tentang evolusi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Herbert Spencer (1820-1903)
Spencer
sering kali disamakan
dengan Comte
dalam hal pengaruh mereka terhadap perkembangan teori sosiologi dan mengangkat
popularitas sosiologi pada masa awal, khususnya dikawasan Eropa. Comte menandai
kelahirannya di Perancis sedangkan Spencer melakukan hal yang sama di tempat
kelahirannya di Inggris. Kedua tokoh ini memberi pengaruh yang akan dirasakan
di seluruh dunia seiring perkembangan ilmu
sosiologi
itu sendiri.
Gagasan
utama Spencer dapat dipahami dengan membandingkan teori Comte. Namun ada sejumlah perbedaan penting antara keduanya
dalam hal pemikiran.
Comte menekankan reformasi sosial dan evolusi masyarakat sebagai sarana menuju
masyarakat yang semakin baik, Spencer tidak sepakat dengan hal itu. Ia justru
amat menganjurkan teori laissez-faire,
yaitu
sebuah konsep dimana negara tidak boleh mencampuri urusan pribadi, kecuali dalam hal yang agak
pasif berupa perlindungan terhadap rakyat. Dari pemikiran tersebut, tampak
jelas bahwa Spencer tidak tertarik terhadap reformasi sosial. Ia ingin agar
kehidupan sosial berkembang dengan sendirinya dan terbebas dari kontrol
eksternal.
Perbedaan
ini mengarah pada Spencer yang disebut sebagai seorang Darwinis Sosial atau
penganut darwinisme sosial (G. Jones,
1980 ). Ia
meyakini bahwa dunia tumbuh semakin baik, sebagaimana
pernyataan Comte. Akan
tetapi, ia menolak campur tangan eksternal,
dunia harus dibiarkan begitu saja, campur tangan pihak
luar hanya akan memperburuk situasi ini. Pemikiran itu
berbanding terbalik dengan Comte yang mendorong semua upaya ekternal dilakukan
demi perbaikan kehidupan sosial. Spencer lebih yakin bahwa masyarakat dan
institusi sosial dapat berkembang dengan sendirinya sekaligus beradaptasi
terhadap lingkungan. Seperti halnya
binatang dan tumbuhan, secara progresif dan positif berdaptasi dengan
lingkungan sosial. Mereka selalu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, Spencer menganggap proses ini tidak bisa
dicampuri oleh siapapun. Ia menganjurkan untuk membiarkan masyarakat dan
kehidupan didalamnya memperbaiki diri sendiri. Ia juga menerima pandangan
Darwini bahwa proses seleksi alam, “hidup bagi yang terkuat” (survival of the
fittest), terjadi di dunia social, (Patut dicatat kalau Spencer menyebut istilah “hidup
bagi yang terkuat” ini beberapa tahun sebelum karya Charles Darwin tentang
seleksi alam diterbitkan). Jadi, jika tidak dihambat oleh intervensi eksternal,
orang yang “kuat” akan bertahan hidup dan berkembangbiak, sementara “orang
lemah” pada akhirnya akan punah. Perbedaan lain adalah bahwa Spencer menekankan
individu, sementara itu Comte memfokuskan perhatiannya pada unit-unit yang
lebih besar, seperti keluarga.
Comte dan Spencer memliliki persamaan dengan Durkheim
dan lainnya. Dalam hal komitmen, pada ilmu pengetahuan sosiologi (hanya Haines,
1992), yang merupakan prespektif yang amat menarik bagi para teoritisi awal.
Pengaruh lain karya
Spencer bersama dengan Comte dan Durkheim, adalah kecenderungan untuk melihat
masyarakat sebagai oraganisme. Dalam pandangan ini, Spencer meminjam prespektif
dan konsepnya dari biologi. Ia memberikan perhatian pada seluruh struktur masyarakat,
kesalingterkaitan antar bagian-bagian masyarakat, dengan fungsi bagian-bagian
tersebut bagi satu sama lain maupun bagi sistem secara keseluruhan.
Hal yang paling penting adalah bahwa Spencer
dan Comte memiliki konsep evolutif tentang perkembangan
historis. Namun, Spencer bersikap kritis terhadap teori evolusi Comte karena
beberapa alasan. Secara spesifik ia menolak hukum tiga tahap yang dikemukakan
Comte. Ia menganggap Comte terlalu cepat puas dengan menggunakan evolusi pada
ranah gagasan, menurut perkembangan intelektual. Namun, Spencer berusaha
mengembangkan teori evolusi di dunia nyata yaitu dunia materi.
B.
Profil
singkat
Herbert Spencer lahir
di daerah Derbyshire, Midland, Inggris pada 27 April 1820. Diusianya yang baru
17 tahun, Spencer telah diangkat sebagai insinyur pembangunan jalan kereta api
di London. Selanjutnya pada tahun 1848, ia memasuki sebuah dunia baru, yakni
menjadi penulis dan redaktur The
Economist. Dari sinilah cikal bakal intelektualnya mulai mengental. Herbert
Spencer juga pernah bekerja dibidang pemerintahan, salah satunya sebagai
mediator. Herbert Spencer meninggal dunia pada usia 83 tahun, tepatnya pada 8
Desember 1903.
Selama hidupnya Herbert
Spencer melahirkan banyak karya ilmiah. Karya pertamanya berjudul Social Statistics diselesaikan pada usia
30 tahun. Di dalam buku itu ia membahas filsafat politik serta menyinggung
persoalan evolusi sosial. Konsep evolusi sosial diuraikan sebagai serangkaian
perubahan sosial di masyarakat yang berlangsung lama, yakni berawal dari kelompok
suku atau masyarakat yang masih sederhana dan homogen, lalu secara bertahap
berkembang hingga pada akhirnya menjadi masyarakat modern yang kompleks dan
heterogen.
Melalui
buku itu pula Spencer memperkenalkan
konsep survival of the fittest atau
pihak yang kuat pasti akan menang. Spencer mengemukakan konsep itu sembilan
tahun sebelum
Charles Darwin menerbitakan bukunya revolusioner. Selama mengerjakan karyanya
tersebut, Spencer menderita insomnia. Gangguan itu ia rasakan sampai meninggal
dunia. Adapun karya yang membuatnya
diperhitungkan dalam ranah sosiologi klasik adalah Principles Of Sociology yang terbit pada tahun 1877. Dalam buku
tersebut ia menjelaskan materi sosiologi secara detail dan sistematis,
khususnya objek kajian seperti keluarga, politik agama, pengendalian sosial,
serta industri. Selain itu, Spencer mendorong para sosiolog agar memperhatikan
asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, lapisan sosial, ilmu
prngetahuan serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Pada tahun 1853,
Spencer menerima sejumlah warisan dari orang tuanya. Kondisi terseut ia
manfaatkan untuk berhenti dari pekerjaannya guna menghabiskan sisa hidupnya
sebagai seorang ilmuwan. Ia memang tidak mempunyai ijazah universitas atau
menduduki posisi akademik. Namun, sejalan dengan kehidupannya yang semakin
terisolasi dan terasing setelah melepas pekerjaannya, semangat intelektual
Spencer semakin menjadi.
Salah
satu ciri khas Spencer adalah keengganannya membaca buku atau hasil karya orang
lain. Ia lebih
banyak menghabiskan waktu dengan menuliskan pikirannya sendiri. Oleh karena
itu, sangat wajar apabila Spencer dikritik karena kerap kurang teliti ketika
membahas suatu persoalan.
Selain malas membaca yang dianggap hanya akan merusak pemikirannya sendiri, ia
juga kerap tidak komprehensif dalam melakukan penelitian.
Pengabaian
Spencer terhadap aturan keilmuwan membawanya ke serangkaian gagasan yang sarat
kebencian dan pernyataan yang tidak berdasar tentang evolusi dunia. Oleh karena
itu, para sosiolog di abad ke 20 mulai bersifat kritis. Mereka tidak ragu
mencampakkan karya Spencer dan menggantinya dengan ilmuwan lain yang mengkaji
sosiolog dengan lebih saksama.
C. Teori evolusi
Menurut Spencer, masyarakat adalah sebuah organisme.
Dalam pandangan ini ia meminjam istilah dari ilmu biologi. Ia memberikan
perhatian pada keseluruhan masyarakat, yakni hubungan saling keterkaitan antara
bagian-bagian masyarakat.
Evolusi sendiri adalah rangakaian perubahan kecil,
perlahan serta bersifat kumulatif yang terjadi dengan sendirinya dan memerlukan
waktu yang lama. Evolusi dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang
terjadi karena usaha untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan, keadaan serta
kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. perubahan ini
tidak harus sejalan dengan rentetan peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang
bersangkutan. Spencer sependapat dengan pandangan Comte tentang teori evolusi.
Baginya evolusi adalah konsep dasar dari seluruh proses, baik fisik maupun
sosial. Namun, ia juga mengkritik Comte mengenai hukum tiga tahapnya. Menurut
Spencer, Comte terlalu cepat puas dengan hanya menggunakan evolusi dalam
gagasan dan tahap intelektual. Comte dipandang Spencer belum menerapkan evolusi
dalam ranah riil (kenyataan sosial).
Ada dua prespektif utama tentang evolusi dalam karya
Spencer (Haines, 1988; Perrin,1976). Perspektif pertama terutama terkait dengan
meningkatnya ukuran masyarakat. Masyarakat tumbuh karena berkembangnya jumlah
individu dan menyatunya kelompok (perkumpulan). Peningkatan ukuran masyarakat
membawa serta struktur sosial yang lebih besar dan lebih terdiferenasiasi,
sekaligus peningkatan diferesiasi fungsi yang mainkannya. Selain pertumbuhan ukuran,
masyarakat berevolusi melalui perkumpulan yaitu dengan menyatukan lebih banyak
lagi kelompok yang sebelumnya telah berpadu. Jadi, Spencer berbicara tentang
gerakan evolusi dari masyarakat sederhana menuju masyarakat perkumpulan ganda ,
dan masyarakat perkumpulan triple.
Spencer juga
menawarkan teori evolusi dari masyarakat millitan menuju
masyarakat industri. Sebelumnya, struktur masyarakat militan dianggap
hanya bertujuan perang dalam rangka bertahan dan menyerang. Tetapi, Spencer
bersikap kritis terhadap perang, ia merasa bahwa pada tahap awal perang berfungsi menyatukan masyarakat
(misalnya, melalui penaklukan militer) dan menyediakan lebih banyak jumlah
orang yang diperlukan bagi perkembangan masyarakat industri. Namun, dengan
kemunculan masyarakat industri perang semakin tidak fungsional dan justru
menghambat evolusi lebih lanjut. Masyarakat industri didasarkan pada
persahabatan, altruisme, spesialisasi kompleks, pengakuan atas prestasi
daripada karakteristik yang dibawa sejak lahir, dan kerja sama sukarela antar
individu yang sangat disiplin. Masyarakat semacam itu dipersatukan oleh
hubungan kontraktual sukarela dan lebih penting lagi oleh kuatnya persamaan
moralitas. Peran pemerintah dibatasi dan difokuskan pada hal-hal yang tidak
boleh dilakukan orang biasa, misalnya penegak hukum. Jelas, masyarakat industri modern kurang menyukai
bila dibandingkan dengan masyarakat militan pendahulunya. Meskipun Spencer
melihat adanya evolusi umum yang bergerak kearah masyarakat industri, ia pun
mengakui bahwa mungkin akan terjadi regresi periodik yang mengarah pada peperangan dan masyarakat militan. Artinya,
sekalipun masyarakat terus berevolusi menuju masyarakat industri, hal itu bukan
jaminan bahwa perang tidak akan terjadi.
Spencer menawarkan rangkaian gagasan yang begitu rumit tentang
evolusi masyarakat. Semula gagasan gagasan menuai sukses, tapi setelah itu
diabaikan selama bertahun-tahun, dan akhir-akhir ini kembali seiring lahirnya
teori sosiologi neorevolusioner (Buttel,1990).
Giddngs
(1890) merangkum inti sari pemikiran Spencer yang komplek seperti dijelaskan
berikut ini:
1.
Masyarakat adalah
organisme atau super ornagis yang hidup secara berpencar.
2.
Terdapat suatu kekuatan
yang menyeimbnagkan antara satu kelompok sosial dengan kelompok lain.
3.
Keseimbangan itu adalah
perjuangan untuk terbebas dari kesulitan dan keadaan yang buruk demi menjaga
eksistensi mereka diantara warga masyarakat. Oleh karena itu, konflik diantara
masyarakat dalam rangka mempertahankan eksistensi ini merupakan hal yang lazim.
4.
Didalam perjuangan ini
kemudian timbul rasa takut dalam hidup bersama serta menghadapi kamatian.
Perasaan takut mati merupakan pangkal kontrol oleh agama.
5.
Kabiasaan konflik
kemudian diorganisasi dan dipimpin oleh kontrol
politik dan kekuasaan menjadi militerisme.
6.
Militerisme
menggabungkan kelompok sosial yang kecil menjadi besar. Kelompok tersebut
memerlukan integrasi sosial.
7.
Kebiasaan berdamai dan
rasa gotong royong membentuk sifat, tingkah laku, serta organisasi sosial yang
suka pada hidup tentram dan penuh rasa setia kawan.
8.
Dalam masyarakat yang
hidup damai, kekuatannya akan berkurang, tetapi rasa spontanitas serta inisiatif
semakin bertambah. Organisasi sosial menjadi semacam bungkus sedangkan anggota
masyarakat dapat secara leluasa dapat berpndah tempat. Mereka merubah hubungan
sosial tanpa merusak kohesi yang ada.
9.
Semangat kerja keras
bergantug pada luasnya tenaga antara suatu kelompok masyarakat dengan komunitas
tetangganya. Akhirnya semangat kerja keras yang disertai dengan penh kedamaian
tidak dapat dicapai sampai titik keseimbangan bangsa-bangsa serta ras-ras yang
ada tercapai terdahulu.
10.
Didalam masyarakat,
seperti pada kelompok masyarakat tertentu, luasnya perbedan serta jumlah
kompleksitas serta segenap proses evolusi bergantung pada nilai proses
integrasi, semakin lambat nilai integrasinya, maka kian lengkap dan memuaskan
jalan evolusi itu.
Spencer
menjelaskan bahwa objek pokok studi sosiologi adalah agama, keluarga, politik,
pengendalian sosial, serta industri. Spencer juga mengkaji masalah asosiasi
masyarakat setempat, pembagian kerja, lapisan sosial, sosiologi pengetahuan,
serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Ia mengingatkan bahwa studi
sosiologi juga menjelaskan hubungan timbal balik antara unsur-unsur di dalam
masyarakat yang tetap dan harmonis serta merupakan suatu integrasi. Oleh karena
itu, Spencer mengajukan pendapat bahwa sosiologi adalah psikologi ynag
dipraktikkan serta berwujud etika dan peradaban yang terdapat dalam masyarakat.
Jika
Comte manganggap penting peranan masyarakat dan faktor di luar masyarakat
seerti pemerintahan, Spencer justru sebaliknya. Ia lebih mementingkan individu
dalam masyarakat dan meremehkan peran di luar itu semua. Bagi Spencer, individu
adalah unit terkecil yang sangat menentukan terhadap maju tidaknya suatu
masyarakat.
Jadi
sosiologi menurut Spencer adalah studi tentang tingkah laku, sikap dan
pemikiran individu yang terwujud dalam tindakan kolektif, alih-alih mempelajari
masyarakat secara keseluruhan. Setiap pribadi mempunyai kedudukan dominan dalam
struktur masyarakat. Spencer menekankan bahwa dasar struktur sosial, meskipun
masyarakat dapat dianalisis pada ingkat struktural. Struktur sosial suatu
masyarakat dibangun dengan tujuan memungkinkan anggotnya memenuhi berbagai
keperluan. Oleh karena itu banyak ahli bahwa Spencer bersifat individualis.
Dalam tulisan-tulisannya tentang sosioal politik dan
etika, Spencer menawarkan gagasan lain tentang evolusi masyarakat. Diantara alasan mengapa dia
melakukan hal
ini adalah karena dia memandang masyarakat sedang bergerak menuju suatu kedaan
moral yang ideal dan sempurna. Sedangkan alasan lainya adalah dia mengnggap bahwa masyarakat yang paling
kuatlah yang dapat bertahan, sementara masyarakat yang kalah dalam seleksi akan
sirna dengan sendirinya. Hasil dari proses ini adalah perbaikan kemampuan
adaptasi dunia secara keseluruhan. Dengan kata lain dunia
hanya akan diisi oleh mereka yang memiliki kemampuan lebih daripada pihak lain.
Melalui cara ini pula dunia ini akan terus berevolusi menuju kemajuan. Dimasa
lalu suatu masyarakat yang bisa membaca dan menulis sudah dianggap unggul.
Namun, dimasa kini dan yang akan datang kemampuan baca tulis tidak ada artinya
dibanding mereka yang ahli di berbagai bidang kehidupan.
Spencer
menawarkan
rangkaian gagasan yang begitu komplek tentang revolusi masyarakat. Akan tetapi,
tidak satupun dari gagsan itu yang didasarka pada fakta lapangan atau
penelitian langsung. Hal ini dapat dimaklumi karena sebagaimana Comte iklim
intelektualnya masih dipengaruhi oleh filsafat. Pada awalnya gagasan Spencer
memang terbilang sukses. Namun seriring berjalannya waktu, lambat laun
gagasannnya mulai diabaikan.
Sebagaimana
ilmuwan zaman klasik lainnya, pemikiran Spencer tidsk hsnys fokus pada
sosiologi semata. Ia juga menekuni beberapa bidang lain, terutama politik,
agama dan filsafat. Namun demikian, Spencer tetap layak disebut sebagai salah
satu perintis studi sosiologi, khususnya di Inggris. Bahkan ia disebut sebagi
tokoh pendiri ssosiologi kedua setelah Aguste Comte.
D. Reaksi Spencer di Inggris
Di tengah tengah penekanan yang ia berikan terhadap
individu, Spencer lebih dikenal karena teroti skala besar evolusi sosial. Dalam
teori ini, ia berlawanan dengan sosioligi yang mendahuluinya di inggris. Namun,
reaksi terhadap Spencer lebih didasakna pada ancaman bahwa gagasan hidup bagi yang
terkuat terhadap ameliorisme begitu menakutkan bagi kebanyakan soiolog inggris
awal. Meskipun kemudian Spencer menyakngkal
sejumlah gagasannya yang lebih kasar, ia mndukung argumen filsafat hidup
bagi yang terkuat dan mennentang intervensi pemeribntah dan reformasin sosial:
“ memberi sumbangan pada orang malas dengan
mengorbankan orang orang baik, adalah kekejian luar biasa. Ini jelas upaya
sengaja yang menggiring kearah nestapa bagi generasi yang akan datang. Tidak
ada kejhatan yang lebih keji terhadap generasi yanga kian datang selain memberi
memberi mereka lebih banyak orang bodoh, pemalas, da penjahat... segaja upaya
alamiah dilakukan untuk menghapuskan itu semua, membersihkan dunia mereka, dan
membangun ruang yang demi kebaikan... jika tidak cukup mampu bertahan hidup,
mereka mati, dan mereka lebih baik mati.
(Spencer, dikutip
dalam Abrams, 1968;74)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Herbert Spencer dipandang
beraliran politik liberal dan tetap memelihara liberalisme di sepanjang hidup,
Spencer tidak setuju dengan teori Comte yang lebih menekan reformasi sosial dan evolusi
masyarakat sebagai sarana menuju masyarakat yang semakin baik, Spencer lebih
menganjurkan teori laissez-faire,
yaitu
sebuah konsep dimana negara tidak boleh mencampuri urusan pribadi, kecuali dalam hal yang agak
pasif berupa perlindungan terhadap rakyat. Dari pemikiran tersebut, tampak
jelas bahwa Spencer tidak tertarik terhadap reformasi sosial. Ia ingin agar
kehidupan sosial berkembang dengan sendirinya dan terbebas dari kontrol
eksternal.
Spencer
lebih yakin bahwa masyarakat dan institusi sosial dapat berkembang dengan
sendirinya sekaligus beradaptasi terhadap lingkungan. Seperti halnya binatang dan tumbuhan, secara progresif
dan positif berdaptasi dengan lingkungan sosial.
Mereka selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu,
Spencer menganggap proses ini tidak bisa dicampuri oleh siapapun. Ia
menganjurkan untuk membiarkan masyarakat dan kehidupan didalamnya memperbaiki
diri sendiri. Ia juga menerima pandangan Darwini bahwa
proses seleksi alam, “hidup bagi yang terkuat” (survival of the fittest),
terjadi di dunia social, (Patut dicatat kalau Spencer menyebut istilah “hidup bagi yang terkuat”
ini beberapa tahun sebelum karya Charles Darwin tentang seleksi alam diterbitkan).
Jadi, jika tidak dihambat oleh intervensi eksternal, orang yang “kuat” akan
bertahan hidup dan berkembangbiak, sementara “orang lemah” pada akhirnya akan
punah.
Spencer dan Comte memiliki konsep evolutif tentang perkembangan
historis. Namun, Spencer bersikap kritis terhadap teori evolusi Comte karena
beberapa alasan. Secara spesifik ia menolak hukum tiga tahap yang dikemukakan
Comte. Ia menganggap Comte terlalu cepat puas dengan menggunakan evolusi pada
ranah gagasan, menurut perkembangan intelektual. Namun, Spencer berusaha
mengembangkan teori evolusi di dunia nyata yaitu dunia materi.
Daftar Pustaka
·
Arisandi, Herman.2015. Buku Pintar Pemikiran Tokoh Sosiologi Dari
Klasik sampai Modern. Yogyakarta: IRCiSoD
·
Ritzer, George dan
Goodman, Douglas J.2008. Teori Sosiologi.
Yogyakarta: Kreasi Wacana
·
Soekanto, Soerjono.
1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali Press