Nama : Puput Adistya Pratiwi
NIM : D0315049/ Sosiologi A
Robert K. Merton
Robert K Merton adalah
seorang sosiolog yang berasal dari Amerika dan dijadikan salah satu tokoh
berpengaruh dalam ilmu sosiologi modern. Merton mencoba melengkapi teori-teori
Parsons, beberapa pikiran pokok Merton dalam fungsionalisme struktural adalah
teori taraf menengah, analisa fungsional, teori penyimpangan dan perangkat
peran. Teori taraf menengah yang dibangun oleh Merton ini merupakan teori yang
diawali dengan asumsi-asumsi lalu ditarik hipotese-hipotese dan diuji secara
empirik. Karya sosiologi klasik dari Emile Durkheim dan Max Weber dibicarakan
oleh Merton melalui teori taraf menengah. Karya sosiologi klasik tersebut
ialah Suicide oleh Durkheim dan The Protestant Ethic and The Spirit of
Capitalism oleh Weber. Merton membuat rumusan atas argumentasi durkheim
seperti: solidaritas mendukung dan membantu kelompok yang cemas dan tertekan,
suicide membebaskan individu dari rasa tertekan dan kecemasan, solidaritas
masyarakat Katolik lebih kuat daripada Protestan dengan begitu angka bunuh diri
pada masyarakat Katolik harusnya lebih rendah.
Dalam membangun teori
sosialnya, Merton banyak tertarik terhadap keadaan struktur sosial dan fungsi
sosial sebagaimana organisme kehidupan. Penjelasan teori fungsional ini
sebagaimana dinyatakan oleh Durkheim dan Spancer, dia melihat bahwa masyarakat
merupakan suatu bangunan yang tersusun dan berbagai subsistem yang antara satu
dengan yang lainnya saling berkaitan dan mendukung. Maka teori yang
dihasilkannya disebut sebagai teori struktural fungsional. Teori fungsionalisme Merton juga
terpengaruh pada teori positivistis, sebab yang dikaji adalah fakta objektif
dari kehidupan masyarakat. Menurut Merton dalam melihat fungsi sosial
yang dikaji adalah hal-hal yang observable. Unit dasar suatu teori positivistis ini
adalah mengenai konsep sosiologis yang memberikan dasar bagi pengujian empiris.
Emile Durkheim menyebut konsep tersebut sebagai fakta sosial. Fakta sosial
merupakan konsep yang memiliki realitas empiris yang berada di luar individu.
Mengingat bahwa teori fungsionalisme merton juga terpengaruh fakta sosial
Durkheim. Hal ini terlihat dari anggapan bahwa struktur sosial bersifat
mengekang dan mempengaruhi perilaku individu.
Fungsionalis struktural pada awalnya atau
yang dikemukakan oleh Parsons hanya memusatkan perhatian pada semua institusi
adalah baik atau berfungsi secara baik terhadap masyarakat. Merton sendiri
tidak sependapat dengan Parsons dalam hal tersebut. Sebaliknya, dia melihat
bahwa ada suatu faktor sosial yang mempunyai akibat negatif atau dia mengatakan
ada hal-hal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal yang tidak berfungsi
itu disebutnya dengan disfungsi. Sebagaimana struktur atau institusi dapat
menyumbang pemeliharaan bagian-bagian lain dari sistem sosial, struktur, atau
institusi pun dapat menimbulkan akibat negatif terhadap sistem sosial. Konsep
Merton tentang disfungsi meliputi dua pikiran yang berbeda tetapi saling
berkaitan dan melengkapi. Pertama, sesuatu
bisa saja mempunyai akibat yang secara umum tidak berfungsi. Kedua, akibat-akibat ini mungkin saja berbeda
menurut kepentingan orang-orang yang terlibat. Artinya, bahwa suatu institusi
secara umum berfungsi untuk kelompok orang tertentu, dan tidak berfungsi untuk
kelompok orang yang lain.
Merton pun mengemukakan gagasan tentang nonfungsi, yang ia
definisikan sebagai konsekuensi yang tidak relevan bagi sebuah sistem. Termasuk
di dalamnya adalah bentuk-bentuk sosial yang masih bertahan sejak dahulu.
Meskipun bentuk-bentuk sosial tersebut mungkin mengandung konsekuensi negatif
atau positif di masa lalu, tidak ada efek signifikan yang diberikan pada
masyarakat yang sekarang atau masyarakat masa kini. Apakah sebuah fungsi
positif lebih penting daripada disfungsi atau pun sebaliknya, Merton
mengembangkan sebuah konsep yang disebutnya sebagai “keseimbangan bersih” atau net balance. Sebuah
fungsi positif maupun disfungsi tidak dapat dijumlahkan atau tidak akan pernah
mampu ditentukan mana yang lebih penting dari yang lainnya, karena sangat
kompleks dan banyak penilaian yang melandasi sehingga tidak mudah
diperhitungkan.untuk menentukan sesuatu itu fungsional bagi orang tertentu dan
tidak fungsional bagi yang lainnya, merton mengembangkan sebuah gagasan tentang
level analisis fungsional. Merton menjelaskan bahwa analisis dapat juga
dilakukan terhadap organisasi, institusi, maupun kelompok. Dengan memusatkan
perhatian pada tingkat yang lebih khusus seperti itu akan dapat membantu
menganalisis fungsionalitas dalam suatu masyarakat.
Merton memulai analisis funngsionalnya dengan
menunjukkan perkataan yang tidak tepat serta beberapa asumsi atau postulat
kabur yang terkandung dalam teori fungsionalisme. Model Merton mencoba membuat
batasan beberapa konsep analistis dasar bagi analisa fungsional dan menjelaskan
beberapa ketidakpastian arti yang terkandung dalam postulat-postulat kaum
fungsionalis. Merton mengutip tiga postulat dalam analisa fungsional dan
kemudian disempurnakan. Ada beberapa postulat yang diangkat oleh Merton. Pertama, kesatuan fungsional masyarakat yang
dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial
bekerjasama dalam suatu tingkat keselarasan yang memadai, tanpa menghasilkan
konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Disini Merton
menegaskan bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari masyarakat justru
bertentangan dengan fakta. Kedua, dinyatakan bahwa semua bentuk dan struktur
sosial kultural memiliki fungsi positif. Merton berpendapat bahwa ini
bertentangan dengan yang ditemukan di dunia nyata. Jelas bahwa, tidak semua
struktur, adat istiadat, gagasan, dan lain sebagainya memiliki fungsi positif. Ketiga, argumenya adalah seluruh aspek dalam
masyarakat tidak hanya memiliki fungsi positif tetapi juga merepresentasikan
bagian-bagian tidak terpisahkan dalam kegiatan sistem sebagai keseluruhan.
Kritik Merton adalah, bahwa paling tidak harus mengakui bahwa ada berbagai
alternatif struktural fungsional di dalam masyarakat. Dengan kata lain, suatu
sistem yang fungsional dapat diganti oleh unsur lain, akan tetapi kebutuhan
fungsional tersebut masih bisa terpenuhi.
Dalam menyatakan kritikannya terhadap tiga
postulat itu, Merton menyatakan bahwa suatu kelompok fungsional terhadap
kelompok tertentu, akan tetapi juga disfungsional bagi kelompok lainnya. Oleh
karena itu, di dalam melihat sebuah kelompok dan fungsi di dalamnya perlu
dilihat dari segi positif dan segi negatifnya. Atau dengan kata lain bahwa,
tidak hanya melihat dari segi integratifnya saja, tetapi juga harus melihat
elemen disintegratif di dalam suatu kelompok. Dengan demikian,
sulit terjadi integrasi masyarakat yang benar-benar tuntas. Selain sulit
terjadi integrasi secara tuntas dalam masyarakat, ada disfungsi maupun
konsekuensi fungsional yang positif dari suatu elemen kultural dan ada
kemungkinan alternatif fungsional yang harus diperhitungkan dan dipertimbangkan
dalam setiap analisa fungsional.
Referensi :
·
Poloma, Margaret M. 2013. Sosiologi Kontemporer.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
·
Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi
Modern Edisi ke-6. Jakarta : Kencana
·
Susilo,
Rachmad K. Dwi. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern:
Biografi para Peletak Sosiologi Modern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
·
Wirawan,
I. B. 2012. Teori-teori Sosial dalam Tiga
Paradigma. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group
puputadistya.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar