Selasa, 21 Maret 2017

Robert K. Merton



Nama   : Puput Adistya Pratiwi
NIM    : D0315049/ Sosiologi A

Robert K. Merton
Robert K Merton adalah seorang sosiolog yang berasal dari Amerika dan dijadikan salah satu tokoh berpengaruh dalam ilmu sosiologi modern. Merton mencoba melengkapi teori-teori Parsons, beberapa pikiran pokok Merton dalam fungsionalisme struktural adalah teori taraf menengah, analisa fungsional, teori penyimpangan dan perangkat peran. Teori taraf menengah yang dibangun oleh Merton ini merupakan teori yang diawali dengan asumsi-asumsi lalu ditarik hipotese-hipotese dan diuji secara empirik. Karya sosiologi klasik dari Emile Durkheim dan Max Weber dibicarakan oleh Merton melalui teori  taraf menengah. Karya sosiologi klasik tersebut ialah Suicide oleh Durkheim dan The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism oleh Weber. Merton membuat rumusan atas argumentasi durkheim seperti: solidaritas mendukung dan membantu kelompok yang cemas dan tertekan, suicide membebaskan individu dari rasa tertekan dan kecemasan, solidaritas masyarakat Katolik lebih kuat daripada Protestan dengan begitu angka bunuh diri pada masyarakat Katolik harusnya lebih rendah.
Dalam membangun teori sosialnya, Merton banyak tertarik terhadap keadaan struktur sosial dan fungsi sosial sebagaimana organisme kehidupan. Penjelasan teori fungsional ini sebagaimana dinyatakan oleh Durkheim dan Spancer, dia melihat bahwa masyarakat merupakan suatu bangunan yang tersusun dan berbagai subsistem yang antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan mendukung. Maka teori yang dihasilkannya disebut sebagai teori struktural fungsional. Teori fungsionalisme Merton juga terpengaruh pada teori positivistis, sebab yang dikaji adalah fakta objektif dari kehidupan masyarakat.  Menurut Merton dalam melihat fungsi sosial yang dikaji adalah hal-hal yang observable. Unit dasar suatu teori positivistis ini adalah mengenai konsep sosiologis yang memberikan dasar bagi pengujian empiris. Emile Durkheim menyebut konsep tersebut sebagai fakta sosial. Fakta sosial merupakan konsep yang memiliki realitas empiris yang berada di luar individu. Mengingat bahwa teori fungsionalisme merton juga terpengaruh fakta sosial Durkheim. Hal ini terlihat dari anggapan bahwa struktur sosial bersifat mengekang dan mempengaruhi perilaku individu.
Fungsionalis struktural pada awalnya atau yang dikemukakan oleh Parsons hanya memusatkan perhatian pada semua institusi adalah baik atau berfungsi secara baik terhadap masyarakat. Merton sendiri tidak sependapat dengan Parsons dalam hal tersebut. Sebaliknya, dia melihat bahwa ada suatu faktor sosial yang mempunyai akibat negatif atau dia mengatakan ada hal-hal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal yang tidak berfungsi itu disebutnya dengan disfungsi. Sebagaimana struktur atau institusi dapat menyumbang pemeliharaan bagian-bagian lain dari sistem sosial, struktur, atau institusi pun dapat menimbulkan akibat negatif terhadap sistem sosial. Konsep Merton tentang disfungsi meliputi dua pikiran yang berbeda tetapi saling berkaitan dan melengkapi. Pertama, sesuatu bisa saja mempunyai akibat yang secara umum tidak berfungsi. Kedua, akibat-akibat ini mungkin saja berbeda menurut kepentingan orang-orang yang terlibat. Artinya, bahwa suatu institusi secara umum berfungsi untuk kelompok orang tertentu, dan tidak berfungsi untuk kelompok orang yang lain.
Merton pun mengemukakan gagasan tentang nonfungsi, yang ia definisikan sebagai konsekuensi yang tidak relevan bagi sebuah sistem. Termasuk di dalamnya adalah bentuk-bentuk sosial yang masih bertahan sejak dahulu. Meskipun bentuk-bentuk sosial tersebut mungkin mengandung konsekuensi negatif atau positif di masa lalu, tidak ada efek signifikan yang diberikan pada masyarakat yang sekarang atau masyarakat masa kini. Apakah sebuah fungsi positif lebih penting daripada disfungsi atau pun sebaliknya, Merton mengembangkan sebuah konsep yang disebutnya sebagai “keseimbangan bersih” atau net balance. Sebuah fungsi positif maupun disfungsi tidak dapat dijumlahkan atau tidak akan pernah mampu ditentukan mana yang lebih penting dari yang lainnya, karena sangat kompleks dan banyak penilaian yang melandasi sehingga tidak mudah diperhitungkan.untuk menentukan sesuatu itu fungsional bagi orang tertentu dan tidak fungsional bagi yang lainnya, merton mengembangkan sebuah gagasan tentang level analisis fungsional. Merton menjelaskan bahwa analisis dapat juga dilakukan terhadap organisasi, institusi, maupun kelompok. Dengan memusatkan perhatian pada tingkat yang lebih khusus seperti itu akan dapat membantu menganalisis fungsionalitas dalam suatu masyarakat.
Merton memulai analisis funngsionalnya dengan menunjukkan perkataan yang tidak tepat serta beberapa asumsi atau postulat kabur yang terkandung dalam teori fungsionalisme. Model Merton mencoba membuat batasan beberapa konsep analistis dasar bagi analisa fungsional dan menjelaskan beberapa ketidakpastian arti yang terkandung dalam postulat-postulat kaum fungsionalis. Merton mengutip tiga postulat dalam analisa fungsional dan kemudian disempurnakan. Ada beberapa postulat yang diangkat oleh Merton. Pertama, kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial bekerjasama dalam suatu tingkat keselarasan yang memadai, tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Disini Merton menegaskan bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari masyarakat justru bertentangan dengan fakta. Kedua, dinyatakan bahwa semua bentuk dan struktur sosial kultural memiliki fungsi positif. Merton berpendapat bahwa ini bertentangan dengan yang ditemukan di dunia nyata. Jelas bahwa, tidak semua struktur, adat istiadat, gagasan, dan lain sebagainya memiliki fungsi positif. Ketiga, argumenya adalah seluruh aspek dalam masyarakat tidak hanya memiliki fungsi positif tetapi juga merepresentasikan bagian-bagian tidak terpisahkan dalam kegiatan sistem sebagai keseluruhan. Kritik Merton adalah, bahwa paling tidak harus mengakui bahwa ada berbagai alternatif struktural fungsional di dalam masyarakat. Dengan kata lain, suatu sistem yang fungsional dapat diganti oleh unsur lain, akan tetapi kebutuhan fungsional tersebut masih bisa terpenuhi.
Dalam menyatakan kritikannya terhadap tiga postulat itu, Merton menyatakan bahwa suatu kelompok fungsional terhadap kelompok tertentu, akan tetapi juga disfungsional bagi kelompok lainnya. Oleh karena itu, di dalam melihat sebuah kelompok dan fungsi di dalamnya perlu dilihat dari segi positif dan segi negatifnya. Atau dengan kata lain bahwa, tidak hanya melihat dari segi integratifnya saja, tetapi juga harus melihat elemen disintegratif di dalam suatu kelompok. Dengan demikian, sulit terjadi integrasi masyarakat yang benar-benar tuntas. Selain sulit terjadi integrasi secara tuntas dalam masyarakat, ada disfungsi maupun konsekuensi fungsional yang positif dari suatu elemen kultural dan ada kemungkinan alternatif fungsional yang harus diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam setiap analisa fungsional.
Referensi :
·         Poloma, Margaret M. 2013. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
·         Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi Modern Edisi ke-6. Jakarta : Kencana
·         Susilo, Rachmad K. Dwi. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern: Biografi para Peletak Sosiologi Modern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
·         Wirawan, I. B. 2012. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

puputadistya.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar